Rangkuman Makalah
Manusia dan Keindahan
Ø Latar Belakang
Setiap
manusia dilahirkan dan dibekali dengan banyak sekali keindahan. Keindahannya
baik dari dalam, dari luar, maupun yang ada disekitarnya. Kata keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan
sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat
oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan
atau lokal.
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara
biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
A. KEINDAHAN
Kata keindahan berasal
dan kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya.
Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam,
manusia , rumah , tatanan , perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebagainya.
Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan
sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena
itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia.
Keindahan tak dapat dipisahkan dan kehidupan manusia. Di mana pun kapan pun dan
siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan adalah
identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan.
Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang
selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena
itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah
tentu kebenaran di sini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut
konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya
mengenai obyek yang diungkapkan.
Keindahan juga
bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan
tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
a. APAKAH
KEINDAHAN ITU?
Menurut The Liang Gie
dalam bukunya “Garis besar estetika”. Menurut asal katanya, dalam bahasa
Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beutiful” dalam bahasa Prancis
“beau”, sedang Italia dan spanyol “bello” berasal dan kata latin “bellum”. Akar
katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk
pengecilan menjadi “bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga ditulis
“bellum”.
Menurut cakupannya
orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan
sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa
Inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda
atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian ini
kadang-kadang dicampuradukkan saja. Di samping itu terdapat pula perbedaan
menurut luasnya pengertian. yakni :
a) keindahan dalam
arti yang luas
b) keindahan dalam
arti estetis murni
c) keindahan dalam
arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Keindahan dalam arti
luas merupakan pengertian semula dan bangsa Yunani dulu
yang di dalamnya
tercakup pula kebaikan. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan
dalam arti estetis yang disebutnya ‘symrnetria’ untuk keindahan berdasarkan
penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan harmonia untuk
keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang
seluas-luasnya meliputi:
-
keindahan seni
- keindahan
alam
- keindahan
moral
- keindahan
intelektual
Keindahan dalam arti
estetis murni menyangkut pengalaman estetis dan seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas
lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan
penglihatan. yakni berupa keindahan dan bentuk dan warna.
b. NILAI
ESTETIK
Dalam rangka teori
umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap
sebagal salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik,
nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu
yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Masalahnya sekarang
ialah: apakah nilai estetik itu ? dalam bidang filsafat, istilah nilai sering
kali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth)
atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and related sciences
diberikan perumusan tentang value yang lebih terinci lagi sebagai berikut:
Menurut kamus itu
selanjutnya nilai adalah semata-mata suatu realita psikologis yang harus
dibedakan secara tegas dan kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan
bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada
sesuatu benda sampai terbukti ketidakbenarannya.
c. KONTEMPLASI
DAN EKSTANSI
Keindahan dapat
dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada
selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah
dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah
dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang
indah.
Apabila kedua dasar
ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi
penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah itu memikat atau menarik
perhatian orang yang melihat, mendengar. Bentuk di luar diri manusia itu berupa
karya budaya yaitu karya seni lukis, seni suara, seni tari, seni sastra, seni
drama dan film, atau berupa ciptaan Tuhan misalnya pemandangan alam, bunga
warna- warni , dan lain-lain.
d. APA
SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN KEINDAHAN?
Keindahan Itu pada
dasarnya adalah alamiah. Alam ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu
ciptaan Tuhan. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang.
Pengungkapan keindahan
dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu
pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan
hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam
masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu
saja dilihat dan segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi
manusia secara kodrati.
e. KEINDAHAN
MENURUT PANDANGAN ROMANTIK
Dalam buku AN Essay on
Man (1954), Erns Cassirer mengatakan bahwa arti keindahan tidak bisa selesai
diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair
romantik John Keats (1795-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata:
A thing of beauty is a joy forever
its loveliness increases; it will never pass into
nothingness.
Dia mengatakan, bahwa sesuatu yang indah
adalah keriangan selama-lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak pernah
berlalu ke ketiadaan. Dan sini kita mengetahui bahwa keindahan hanyalah sebuah
konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Karena itu dia tidak
berbicara langsung mengenai keindahan, akan tetapi sesuatu yang indah.
Dalam sajak di atas, Keats
mengambil bahannya dan Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno.
Endymion dalam mitologi itu sendiri merupakan penjabaran dan konsep keindahan
pada jaman Yunani kuno. Menurut mitologi Yunani ini, Endymion adalah seorang
gembala yang oleh para dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya
tidur, dan tidak pernah diganggu oleh siapa pun.
Menurut Keats, orang
yang mempunyai konsep keindahan hanya tertentu jumlahnya. Mereka mempunyai
negatif capability, yaitu kemampuan untuk selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak
menentu dan misterius tanpa mengganggu keseimbangan jiwa dan tindakannya hanya
pikiran dan hatinya yang selalu diliputi keresahan.
f. HUBUNGAN MANUSIA DAN
KEINDAHAN
Manusia
dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan bentuk
dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa,
seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari
suatu kebudayaan yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur
politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman
manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan
budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian
hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun
kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan
identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran adalah
keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya
tarik yang selalu bertambah. Manusia yang menikmati keindahan berarti manusia
mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersifat
terlihat (visual) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang
tersebut.
Keindahan
tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu
adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan itu
sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas keindahan akan
behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri.
Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan
yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Orang yang
mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan
kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain
imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai
objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan
orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam
agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan
yang paling indah.
B. RENUNGAN
Renungan berasal dan
kata renung, artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu
dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk
menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori ini ialah: teori pengungkapan,
teori metafisik dan teori psikologik.
a. TEORI
PENGUNGKAPAN
Dalil dan teori ini ialah
bahwa “Art is an
expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan
dan perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami
oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi
yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan
karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expression and General
Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dan
kesan-kesan) Expression adalah sama
denganintuition. Dan intuisi adalah pengetahuan
intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang
menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian
pengungkapan itu berwujud pelbagai gambaran angan-angan seperti misalnya images
warna, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni
dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis
seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
b. TEORI
METAFISIK
Teori seni yang
bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dan
Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat,
konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan
suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan
metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi
sebagal realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini
yang merupakan cerminan semu dan mirip realita Ilahi itu. Dan karya seni yang
dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dari realita duniawi Sebagai
contoh Plato mengemukakan ide keranjangan yang abadi, asli dan indah sempurna
ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia mm tukang kayu membuat ranjang dari kayu
yang menciptakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman meniru
ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni
adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau
dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dan
negara Republik yang ideal menurut Plato.
c. TEORI
PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis
dari para filsuf yang bergerak di atas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi
tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena
terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem
menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran
penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan
psikoanalisis dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan
keinginan-keinginan bawah sadar dan seseorang seniman. Sedang karya seninya itu
merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dan
keinginan-keinginan itu.
C. KESERASIAN
Keserasian berasal
dari kata serasi dan kata dasar rasi, artinya cocok, kerena benar dan sesuai
benar. Kata cocok, kerena sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan,
ukuran dan seimbang.
Dalam pengertian
perpaduan misalnya, orang berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas
dengan bagian bawah. Atau disesuaikan dengan kulitnya. Apabila cam memadu itu
kurang cocok, maka akan merusak pemandangan. Sebaliknya, bila serasi benar akan
membuat orang puas karenanya. Atau orang yang berkulit hitam kurang pantas bila
memakai baju warna hijau, karena warna itu justru menggelapkan kulitnya.
Pertentangan pun
menghasilkan keserasian. Misalnya dalam dunia musik, pada hakekatnya irama yang
mengalun itu merupakan pertentangan suara tinggi rendah, panjang pendek, dan
keras lembut.
a. TEORI
OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam
bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori
yakni teori obyektif dan teori subyektif.
Salah satu persoalan
pokok dan teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah
keindahan merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam
alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dan persoalan-persoalan
tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan
teori subyektif.
Pendukung teori
obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori
subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury dan Edmund Burke.
Teori obyektif
berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah
sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan,
terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan
sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak
berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus
manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai
estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah
perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif.
menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak
ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda.
Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dan si pengamat itu.
Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu
diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik
sebagai tanggapan terhadap benda indah itu.
Yang tergolong teori
subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu
benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang
berupa menyukai atau menikmati benda itu.
b. TEORI
PERIMBANGAN
Teori obyektif
memandang keindahan sebagai suatu kwalita dan benda-benda. Kwalita bagaimana
yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani
Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abad 5 sebelum Masehi sampai
abad 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa
banyak tiang besar.
Teori perimbangan
tentang keindahan dan bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang
lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka.
Keindahan dianggap
sebagai kwalita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian).
Hubungan dan bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagai
perimbangan atau perbandingan angka-angka.
Bangsa Yunani menemukan bahwa hubungan-hubungan
0 komentar:
Posting Komentar