Halaman

Selasa, 01 April 2014

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

ILMU BUDAYA DASAR
Manusia dan Kebudayaan
Dosen : Aria Kusumadianto



                                                   Kelompok 1 :



Nama                                                          NPM                                KELAS

Alif Rijas Prasetyo                                     10413694                         1IB04

D Opy Purmaiyasa                                    11413975                          1IB04

Dani Saputra                                             12413012                          1IB04

Rian Kurniawan                                        17413563                         1IB04

Rizky Wahyu Pradana                              18413011                          1IB04



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah. Makalah ini membahas “Manusia dan Kebudayaan” 
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
























Study Pustaka
Indonesia adalah salah satu Negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menajubkan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sesungguhnya sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja. Jangankan tentang kebudayaan dari setiap suku, teori tentang kebudayaan, unsure, sifat, substansi dan sebagai saja masih banyak yang belum memahaminya.

Tujuan penulisan:
            Penulisan ini dilakukan untuk mendapatkan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam pemahaman tentang Manusia, Hakekat Manusia, Kepribadian Bangsa Timur, Pengertian kebudayaan, Unsur-unsur kebudayaan , Wujud kebudayaan, Orientasi Nilai Budaya, Perubahan Kebudayaan, Kaitan Manusia dan kebudayaan. Kebudayaan dalam kehidupan manusia memegang peranan penting dengan kebudayaan manusia merasakan adanya ketenangan batin yang tak bisa di dapatkan dari manapun. Dengan mempelajari hubungan manusia dan kebudayaan dapat di ketahui bahwa manusia membutuhkan kebudayaan untuk bersosialisasi dengan mahluk yang lain. Bersosialisasi dan adaptasi sangatlah penting bagi manusia. Kebudayaan dapat juga menjadi media penting dalam kehidupan manusia seperti pendidikan, alat pemersatu, identitas, hiburan dan masih banyak lagi peranan penting yang dimiliki kebudayaan. Dalam dunia pendidikan kebudayaan adalah penunjang yang bertujuan memperkenalkan macam-macam kebudayaan, tujuan dan  fungsi kebudayaan dalam masyarakat, dengan cara semacam ini diharapkan para generasi penerus dapat mempelajari dan mengetahui makna kebudayaan. Dengan membahas materi tentang kebudayaan di harapkan dapat nenambahkan wawasan pengetahuan dan kepedulian terhadap kebudayaan.

Selain diatas adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Mengetahui dan memahami Manusia, Hakekat Manusia, Kepribadian Bangsa Timur
2.      Mengetahui dan memahami Pengertian kebudayaan, Unsur-unsur kebudayaan , Wujud kebudayaan
3.      Mengetahui dan memahami Orientasi Nilai Budaya, Perubahan Kebudayaan, Kaitan Manusia dan kebudayaan.







Contoh Kasus
Oleh: Abdul Aziz
JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 40 personel diturunkan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mengatur para penumpang bandel yang kerap naik di atas atap kereta api. Penyiagaan petugas ini juga dalam rangka sosialisasi palang penampar dengan rambu halilintar.
"Untuk Polisi Keamanan Dalam ada sekitar 25 orang dan untuk Polisi Khusus Kereta Api sekitar 15 orang," kata Kepala Stasiun Duren Kalibata, Subur, di Stasiun Duren Kalibata, Jakarta, Jumat (3/6/2011).
Palang penampar dengan rambu halilintar ini dipasang sebelum masuk Stasiun Duren Kalibata, baik dari arah Stasiun Cawang maupun dari arah Stasiun Pasar Minggu Baru. Petugas yang berjaga ini dibekali dengan megaphone dan pentungan yang berfungsi untuk menertibkan penumpang nakal.
"Ini masih sebagian saja. Nanti pada hari Senin, rencananya kami akan pakai juga anjing pelacak untuk menertibkan penumpang itu," ungkap Subur.
Selain petugas yang berjaga, operator di Stasiun Duren Kalibata juga tidak berhenti mengimbau penumpang melalui pengeras suara agar tidak lagi naik di atas atap kereta karena membahayakan diri sendiri. Operator tersebut juga mengingatkan bahwa saat ini sedang dilakukan sosialisasi rambu halilintar tersebut. Penumpang diharap berhati-hati jika ingin selamat sampai di tujuan.
Seperti diberitakan sebelumnya, untuk memberi efek jera kepada para penumpang yang bandel, PT KAI memasang palang penampar dengan rambu halilintar. Pemberlakuan rambu ini juga sesuai dengan UU No 23 Pasal 183 bahwa barang siapa saja yang naik di atas atap kereta api, kabin, lokomotif, dan tempat lainnya yang bukan untuk penumpang akan ditindak.
"Kalau tetap bandel, nanti ke depannya besi yang dipasang," tegas Mateta.
Sumber: www.kompas.com artikel Riana Afifah | Tri Wahono | diakses Jumat, 3 Juni 2011 | 18:21 WIB
Analisis
Analisis “Manusia dan Kebudayaan”

Selama ini para penumpang kereta api yang duduk diatap sudah banyak menimbulkan korban. Namun, hal ini ternyata belum bisa menjadi pelajaran bagi mereka. Banyak kasus dari yang jatuh terlempar sampai tersengat aliran listrik tegangan tinggi tidak mampu membuat mereka sadar. Pemerintah juga sudah menghimbau agar penumpang tidak duduk diatap kereta, tetapi kelihatannya masih belum optimal. Meski demikian, akhir-akhir ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru dengan memasang ‘palang penampar dengan rambu halilintar’ agar penumpang tidak naik diatas gerbong.
Permasalahan ini sebenarnya sudah menjadi masalah klasik yang menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menertibkannya. Kondisi ini juga harus diimbangi dengan kemauan dan kesadaran penumpang untuk tidak melanggar peraturan. Alasan mereka selama ini kenapa masih naik diatas gerbong antara lain adalah karena faktor ekonomi dan sosial. Demi tidak dipungut biaya karcis mereka rela mempertaruhkan jiwanya dengan naik diatas gerbong. Padahal harga karcis masih terbilang murah, tetapi mengapa mereka masih tetap melakukannya?


Kondisi lainnya yang mendorong penumpang untuk melakukannya yaitu volume penumpang, kebiasaan, dan factor social lainnya. Di waktu pergi dan pulang kerja misalnya, kereta biasanya padat penumpang. Dengan kondisi tersebut, agar tidak terlambat mereka mencari cara agar tetap terangkut.  Kebiasaan untuk melanggar peraturan dan naik diatas gerbong juga telah menjadi budaya. Manusia seakan menjadikan  suatu hal yang tidak wajar menjadi wajar. Kita biasa saja ketika melihat penumpang yang naik diatas gerbong dan penumpang yang diatas gerbong juga nyaman-nyaman saja menikmati semilir angin yang membelah rambutnya.
Saya terkejut saat melihat tayangan televisi ketika seorang penumpang diwawancarai perihal kebijakan  pemerintah yang mengeluarkan aturan dengan memasang ‘palang penampar’. “saya lagi mikirin caranya gimana ngrusakin itu alat” tutur sukimin. Dari tanggapan masyarakat diatas, dapat dianalisis bahwa persoalan bukan terletak pada kebijakan yang diambil pemerintah, tetapi lebih kepada manusianya itu sendiri. Masyarakat sudah terbiasa dengan melihat dan melakukan tindakan naik ke gerbong kereta sebagai hal yang wajar.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah Apa yang harus dilakukan untuk menertibkan penumpang kereta?; Siapa yang bertanggung jawab?; dan Bagaimana mengatasinya? Tentulah sudah menjadi tanggung jawab bersama dalam menangani masalah social tersebut. Pemerintah (PT.KAI) perlu mengeluarkan kebijakan yang dapat menjembatani keinginan penumpang kereta. Tindakan yang dapat dilakukan misalnya dengan menambah gerbong atau armada kereta agar semua penumpang dapat masuk kedalam kereta. Selain itu dapat juga menurunkan harga karcis kalau dirasakan tidak terjangkau oleh penumpang dan tetap melakukan sosialisasi bahaya naik diatas gerbong. Masyarakat juga dapat berperan dengan tidak membiarkan dan tidak ikut-ikutan. Kontrol social berupa sindirin atau membangun mainstream bahwa naik diatas gerbong adalah berbahaya dan melanggar hukum (UU No 23 Pasal 183) dapat ditanamkan pada diri masing-masing.















Mind Map Manusia dan Kebudayaan






















BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang

Manusia dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya.
Indonesia adalah salah satu Negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menajubkan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan lebih jauh telah diungkapkan oleh melvilie j. herkovits dan bronislaw mallinowski, yang mengemukakan bahwa cultular determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.
Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan  kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki kebudayaan yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan disebabkan karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman budaya tersebut Seiring dengan berkembangnya teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain.
Namun, sesungguhnya sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja. Jangankan tentang kebudayaan dari setiap suku, teori tentang kebudayaan, unsure, sifat, substansi dan sebagai saja masih banyak yang belum memahaminya.


           





BAB II
PEMBAHASAN

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

1.1. MANUSIA
Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari
banyak segi. Dalarn ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel
atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia),
manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sarna lain
dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu Fisika), manusia merupakan mahluk biologis
yang yang tergolong dalam golongan mahluk mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu sosial,
manusia merupakan mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). manusia merupakan mahluk
sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi). mahluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (politik). mahluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat). dan
lain sebagainya.
Dari definisi-definisi tersebut diatas kita dapat melihat bahwa manusia selain dapat
dipandang dari banyak segi, juga mempunyai banyak kepentingan. Tctapi siapakah manusia
itu sebenamya ? dengan berdasar pada uraian di atas tentu kita akan mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan tersebut, oleh karena itu kita kan mencoba mencrangkan siapa
manusia itu dari unsur-unsur yang membangun manusia.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur
yang membangun manusia
1)      Manusia itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:

a.       Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang nampat pada luarnya, dapat diraba dan
       difoto, dan menempati ruang dan waktu ( hal 62)
b.       Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dcngan gerak (hal 66)
c.        Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
        memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bcrsifat konseptual yang
        menjadi pusat lahirnya kebudayaan (hal 77)
d.      Nafs, dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri (hal 79).
( Asy'arie, 1992 hal : 62-84)

2)      Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu :

a.         Biologis (Id), yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak, Id merupakan libido murni, atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang
irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses
ketidaksadaran (unconcious). Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri,
tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator
antara insting Id dengan dunia luar. Terkukung dari realitas dan pengaruh sosial, Id
diatur oleh prinsip kesenangan. mencari kepuasan instingtual libidinal yang harus
dipenuhi baik secara langsung melalui pengalaman seksual, atau tidak langsung
melalui mimpi atau khayalan. Proses pemenuhan kepuasan yang disebutkan terakhir
yang dilakukan secara tidak langsung disebut sebagai proses primer. Obyek yang
nyata dari pemuasan kebutuhan langsung dalam prinsip kesenangan ditentukan oleh
tahap psikoseksual dari perkembangan individual,

b.    Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari
       Id, seringkali disebut sebagai kepribadian "eksekutif" karena peranannya dalarn
menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang
lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada saat anak secara
nyata berhubungan dengan lingkungannya. Ego diatur oleh prinsip realitas, Ego
sadar akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah laku sehingga dorongan
instingtual Id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima. Pencapaian
obyek-obyek khusus untuk mengurangi energi libidinal dengan cara yang dalam
lingkungan sosial dapat diterima disebut sebagai proses sekunder.
c.    Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kita-kira pada
usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal
dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego.
merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah
agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan
asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua. Baik aspek negatif maupun positif
dari standar moral tingkah laku ini diwakilkan atau ditunjukkan oleh superego.
Kode moral positif disebut ego ideal. suatu perwakilan dari tingkah laku yang tepat
bagi individu untuk dilakukan. Kesadaran membentuk aspek negatif dari superego.
dan menentukan hal-hal mana yang tennasuk dala katagori tabu. yang mengatur
bahwa penyimpangan dari aturan tersebut akan menyebabkan dikenakannya sangsi.
Superego dan Id berada dalam kondisi konflik langsung. dan ego menjadi penengah
atau mediator. Jadi superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu
menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terintemalisasi.
(Freud. dalam Brennan. 1991; hal 205-206)
Dari uraian di atas dapat mengkaji aspek tindakan manusia dengan analisa hubungan
antara tindakan dan usur-unsur manusia. Seringkali, misalnya orang yang senang terhadap
penyimpangan terhadap nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasi bahwa orang tersebut lebih
dikendalikan oleh Id dibanding super ego-nya, atau seringkali ada kelainan yang terjadi pada
manusia, misalnya orang yang berparas buruk dan bertubuh pendek berani tampil ke muka
umum, dapat diterangkan dengan mengacu pada unsur nafs (kesadaran diri) yang dimiliki
oleh manusia. Kesemua unsur tersebut dapat digunakan sebagai alat analisa bagi tingkah laku
manusia.

1.2. HAKEKAT MANUSIA

a. Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan
yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak
abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnyahancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh,
tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi.jika manusia meninggal,
jiwa lepas dari tubuh dan kernbali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami
kebancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia sebagai penggerakdan sumber
kehidupan.
b. Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Kesempumaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh
penciptanyadengan akal, perasaan,dan kehendakyang terdapatdidalamjiwa manusia. Dengan
akal (ratio) manusia rnampu menciptakanilmu pengetahuandan teknologi. Adanya nilai baik
dan buruk, mengharuskan manusia mampu rnempertimbangkan.menilai dan berkehendak
menciptakan kebenaran, keindahan. kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya
perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia
itu ada dua macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra. tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau
binatang.
Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia
misalnya :
1) Perasaan intelektual. yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan. Seseorang
merasa senang atau puas apabila ia dapat mengetahui sesuatu, sebaliknya tidak senang
atau tidak puas apabila ia tidak berhasil mengetahui sesuatu.
2) Perasaan estetis.yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan. Seseorang merasa
senang apabila ia melihat atau mendengarsesuatuyang indah, sebaliknyatimbul perasaan
kesal apabila tidak indah.
3) Perasaan etis. yaituperasaanyang berkenaandengan kebaikan.Seseorangmerasa senang
apabila sesuatu itu baik, sebaliknya perasaan benci apabila sesuatu itu jahat.
4) Perasaan diri. yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan
dari yang lain. Apabila seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, ia merasa tinggi,
angkuh, dan sombong, sebaliknyaapabila ada kekuranganpada dirinya ia merasa rendah
diri (minder)
5) Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaandengan kelompok atau korp atau hidup
bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain. Apabila orang berhasil, ia ikut
senang, apabila orang gagal, memperoleh musibah, ia ikut sedih.
6) Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.
Seseorang merasa tentram jiwanya apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu mematuhi
segala perintah - Nya dan menjauhi larangan - Nya.

Adanya kehendak dari setiap manusia mampu menciptakan perilaku tentang kebaikan
menurut moral.

c. Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan
budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi
atau faal, biokimia. psikobiologi. patologi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan
sebagainya. Sebagai mahluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi - segi :
kemasayarakatan. kekerabatan. psikologi sosial, kesenian, ekonomi, perkakas. bahasa, dan
sebagainya.





d. Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan Iingkungan ekologi, mempunyai
kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran"eksistensialisme"memandang
manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah mahluk alamiah yang terikat dengan
lingkungannya (ekologi). memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah pula.
Hidup manusia mempunyaitiga taraf, yaitu estetis, etis dan religius. Dengan kehidupan
estetis, manusia mampu menangkapduma sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan
mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis,
manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatanmanusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggung jawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati
pertemuannya dengan Tuhan.
Semakin dekat seseorang dcngan Tuhan, semakin dekat pula menuju kesempurnaan
dan semakin jauh ia di lepaskan dari rasa kekhawatiran. Semakin mendalam penghayatan
terhadap Tuhan semakin bermakna pula kehidupannya, dan akan terungkap pula kenyataan
manusia individual atau kenyataan manusia subyektif yang memiliki harkat dan martabat
tinggi.

1.3.  KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam
dirinya keahlian di dalam ilmu antropologi. ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan
dna k1asik. Karya tulisnya berjudul Psychological Homeostatis Cina K1asik. Majalah American
Anthropologist. jilid 73 tahun 1971. halaman 23-24.
Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dalarn masyarakat Barat, dim ana
konsep individu itu mengambil tempat yang amat penting, biasanya menganalisis jiwa manusia
dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan
analisis tersendiri.
Sampai sekarang. ilmu psikologi di negara-negara Barat itu terutama mengembangkan
konsep-konsep dan teori-teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan
alat-alat untuk menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu itu. Sebaliknya.
ilmu itu masih kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat menganalisis jaringan
berkait antara jiwa individu dan lingkungan sosial budayanya.
Untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu, hanya sebagai subyek yang
terkandung dalam batas individu yang terisolasi. maka Hsu telah mengembangkan suatu
konsepsi. bahwa dalam jiwa manusia sebagai mahluk sosial budaya itu mengandung delapan
daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar. Kedua lingkaran itu
berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan
gagasan yang telah terdesak ke dalam. sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang
bersangkutan. Bahan pemikiran dan gagasan tadi sering tidak utuh lagi. beberapa bagian
sudah hilang terlupakan. dan unsur-unsurnya ibarat isi impian sudah tidak lagi tersusun menurut logika yang biasa dianut manusia dalam hidupnya sehari-hari, Individu yang
bersangkutan sudah lupa akan unsur-unsur pikiran dan gagasan terse but. tetapi dalam keadaan
tertentu unsur-unsur itu bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan hidup
sehari-harinya, Daerah pedalaman dan jiwa manusia sudah banyak diteliti dan dianalisis oleh
para ahIi psikoanalisis seperti sigmund freud dan pcngikut-pengikutnya.


Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan ( unexpressed conscious) . Lingkaran
itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang
bersangkutan. tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tak dinyatakan
kepada siapapun juga dalam lingkungannya Hal itu disebabkan ada kemungkinan, bahwa :

a). ia takut salah dan takut dimarahi orang apabila ia menyatakannya. atau karena ia punya
     maksud jahat.
b). ia sungkan menyatakannya. atau karena belum yakin bahwa ia akan mendapat respons
     dan pengertian yang baik dari sesamanya. atau takut bahwa walaupun diberi respons,
     respons itu sebenarnya tak diberikan dengan hati yang ikhlas atau juga karena ia takut
     ditolak mentah-mentah ..
c). ia malu karena takut ditertawakan, atau karena ada perasaan bersalah yang mendalam
d). ia tidak bisa menemukan kata-kata atau pernmusan yang cocok untuk menyatakan gagasan
     yang bersangkutan tadi kepada sesamanya,

Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan ( expressed conscious ). Lingkaran ini
di dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran. gagasan-gagasan, dan
perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu kepada sesamanya,
yang dengan mudah diterima dan dijawab oleh sesamanya. Simpati, kemarahan, kebencian.
rasa puas, rasa senang, kegembiraan, rasa terimakasih. konsep-konsep tentang tata eara hidup
sehari-hari, pengetahuan yang dipahami juga oleh umum, adat istiadat sehari-hari.
peraturan-peraturan. sopan santun, dan sebagainya yang dikenal semua orang. menjadi bahan
aktivitas berpikir dan peneetusan emosi manusia dari waktu ke waktu.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang.
binatang-binatang. atau benda-bnda yang oleh si individu diajak bergaul seeara mesra dan
karib. yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat meneurahkan isi hati apabila
ia sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan dan oleh masalah-masalah
hidup yang menyulitkan. Orang tua, saudara sekandung. kerabat dekat, sahabat karib, biasanya
merupakan penghuni penting dari daerah nomor 3 dalam alam pikiran manusia ini, yang
kecuali oleh tokoh-tokoh manusia sering juga diternpati oleh pikiran-pikiran. dan
perasaan-perasaan terhadap binatang kesayangan, benda kesayangan, benda pusaka, dan juga
oleh hal-hal, ide-ide atau ideologi-ideologi yang dapat menjadio sasaran rasa kebaktian-penuh
dari jiwanya, seperti Tuhan bagia kita, ruh nenek moyang bagi orang bereligi anirnis, ideologi
komunis bagi orang komunis dan sebagainya.
Nomor 2 disebut lingkungan hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap sayang
dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang. binatang atau bcnda-benda
itu bagi dirinya. Bagi seorang murid. guru berada didaerah lingkungan 2 dari alam pikirannya:
bagi seorang pedagang. para pembelinya ada di situ: bagi seorang tukang cukur.
langganannyalah berada di situ dan sebagainya. Kecuali manusia. juga banyak benda dan alat
kehidupan sehari-hari yang dipergunakan manusia secara otomatis. tanpa banyak mengeluarkan
perasaan, keeakapan atau tenaga. berada juga di daerah lingkaran nomor 2 itu. Contoh dari
benda-benda yang terletak pada lingkaran itu adalah pakaian harian, alat-alat makan, perabot
rumah tangga, uang dan sebagainya.




Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam
jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam
kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh
langsung terhadap kehidupan sehari-hari. Bagi pctani Jawa di dcsa-desa di Jawa tengah.
pandangan mereka tentang kota Jakarta mungkin terletak dalam daerah lingkaran ini, bagi
seorang mandor jalan di Jawa Timur pandangannya tentang komputer IBM 1130 dari
Departemen PUTL di Jakarta terletak dalam daerah lingkaran ini. Mungkin orang-orang tadi
akan kagum apabila mereka mendengarmengenai hal-hal tersebut, tetapi sesudah itu tak ada
kelanjutan lebih jauh dari kekaguman tadi karena bagi hal-hal tersebut di atas tak ada tempat
dan fungsi langsung dalam kehidupan mereka.
Nomor 0 disebut lingkungan dunia Iuar, terdiri dari pikiran-pikiran dan
anggapan-anggapanyang hampir sama dengan pikiran yang terletak dalam lingkungan nomor
1. hanya bedanya terdiri dari pikiran-pikirandan anggapan-anggapan tentang orang dan hal
yang terletak di luar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu
bersangkutan dengan sikap masa bodoh. Contoh - contohnya adalah : anggapan seorang
pelajar Indonesia yang tak pemah keluar negeri; tentang negara Amerika, anggapan seorang
pegawai rendahan di suatu departemen di Jakarta tentang kota Kopenhagen, dan sebagainya
Pada bagan psiko-sosiagram, daerah lingkaran nomor 4 dibatasi oleh garis yang
digambarkan lebih tebal daripada yang lain. Garis itu menggambarkanbatas dari alam jiwa
individu yang dalam iImu psikologi disebut personality atau "kepribadian", Sebagian besar
dari isi jiwa manusia ( termasuk yang telah didesak ke dalam daerah tak sadar dan sub sadar),
sebagian besar dari pengetahuandan pengertiannyatentang adat-istiadatdan kebudayaannya.
sebagian besar dari pengetahuan dan pengertiannya tentang lingkungan, dan sebagian besar
dari nilai budaya dan norma-norma yang dianutnya, menurut ilmu psikologi barat terkandung
dalam kepribadian manusia.
Menurut Francis L.K.Hsu, mahluk manusia masih memerlukan suatu daerah isi jiwa
tambahan untuk memuaskan suatu kebutuhan rohaniah yang bersifat fundamental dalam
hidup manusia. Daerah isi jiwa tambahan terhadap lingkaran-lingkaran 7,6,5 dan 4 yang
menggambarkan kepribadian manusia tadi adalah daerah lingkaran 3. hubungan yang
berdasarkan cinta dan kemesraan dan juga rasa untuk bisa berbakti secara penuh dan mutlak,
merupakan suatu kebutuhan fundamental dalam hidup manusia. Tanpa adanya tokoh-tokoh
orang atau benda-benda kesayangan. tanpa Tuhan, tanpa ide-ide atau ideologi-ideologi yang
bisa ' menjadi sasaran dari rasa kebaktian mutlak yang semuanya menempati daerah
lingkungkaran nomor 3 dalam alam jiwanya, hidup kerohanian manusia tidak akan bisa
seimbang - selaras. Manusia yang tak mempunyai semuanya itu akan merupakan manusia
yang sangatmenderitakarena ia kehilanganmutuhidup. kebilanganarti hidup, dan kehilangan
landasan dari rasa keamanan murni dalam hidup. Manusia seperti itu sering akan memilih
jalan ke luar dari penderitaan dengan bunuh diri
Konsep yang dapat dipakai sebagai landasan untuk mengembangkan konsep lain itu,
menurut Francis L.K.Hsu adalah konsep Jen dalam kebudayaan Cina, yaitu manusia yang
berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian.
Usul Francis L.K.Hsu. agar para ahli psikologi tidak hanya memakai konsep barat
mengenai kepribadian itu, tetapi juga memperhatikan unsur hubungan mesra dan bakti itu.
Dalam konsep Jen, manusia yang selaras dan berkepribadian adalah manusia yang dapat
menjaga keseimbangan hubungan antara diri kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya,
terutama lingkungan sekitarnya yang paling dekat dan paling serius, kepada siapa ia dapat
mencurahkan rasa cinta, kemesraan dan baktinya.
Daerah lingkaran no 4 dan 3 yang dibedakan dari yang lain dengan garis-garis arser yang sedikit memasuki daerah lingkaran no 5 dan no 2 juga menggambarkan konsep jen atau
alam jiwa dari "manusia yang berjiwa selaras" itu. Kedua lingkaran itu adalah daerah-daerah
dalam individu yang ada dalam suatu keadaan psikologi yang oleh Hsu disebut Psychological
homeostatis. (judul karangannya)
Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan
kebudayaan Timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika
mereka berexpansi menjelajahi dunia, menguasai wilayah luas di Afrika, Asia dan Oseania.
dan memantapkan pemerintah-pemerintah jajahan mereka dimana-mana. Semua kebudayaan
di luar kebudayaan mereka di Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawannya
kebudayaan mereka sendiri yang mereka sebut kebudayaan Barat.
Orang-orang yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara
populer, bisanya menyangka bahwa Kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan
kerohanian, mistik, pikiran preologis, keramah tamahan. dan gotong royong. Sedangkan
kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis. hubungan asas guna
(hubungan hanya berdasarkan prinsip guna). dan individualisme.
Berikut ini dipaparkan bagan mengenaipsiko-sosiagrammanusia sebagaimana diuraikan
di atas menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul kebudayaan,mentalitas
dan pembangunan. halaman 128.


7. taksadar         konsep freud
6. subsadar
5. kesadaran yang tak dinyatakan
4. kesadaran yang dinyatakan               konsep manusia berjiwa selaras
3. lingkungan hubungan karib
2. lingkungan hubungan  berguna
1. lingkungan hubungan jauh
0. dunia luar

1.4. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Apabila kita berbicara tentang kebudayaan, maka kita langsung berhadapan dengan
pengertian istilahnya. Pengertian kebudayaan menyangkut bermacam-rnacam definisi yang
telah dipikirkan oleh sarjana-sarjana bidang sosial budaya diseluruh dunia.
Dua orang antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herkovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat
di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan
yang turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus. Walaupun orang-orang yang menjadi
anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Pengertian
kebudayaan meliputi bidang yang luasnya seolah-olah tidak ada batasnya. Dengan demikian
sukar sekali untuk mendapatkan pembatasan pengertian atau definisi yang tegas dan terinci
yang mencakup segala sesuatu yang seharusnya termasuk dalam pengertian tersebut. Dalam
pengertian sehari-hari istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama
seni suara dan seni tari.
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah
yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere. yang
berarti mengolah tanah. jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai "segala sesuatu
yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau
tempat tinggalnya., atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan
dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya ". Budaya dapat pula diartikan sebagai
himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan
secara sosial, yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu (Keesing, jilid I. 1989;
hal 68)
Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang
sifatnya material, seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material,
seperti nilai kehidupan dan seni-seni tertentu.
Seorang antropolog yaitu E.B.Tylor ( 1871 ) mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut :
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan - kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan perkataan
lain kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas.
Didalamnya termasuk misalnya agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekpresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta
merupakan kemampuan mental. kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat
dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan.



Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari
cara berpikir, hal ini amat luas apa yang disebut kebudayaan sebab semua laku dan perbuatan
tercakup di dalamnya, dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, perasaan juga
maksud pikiran.
Koentjaraningrat mengatakan, bahwa kebudayaan antara lain berarti keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
A.L Krober dan C.Kluckhon mengatakan, bahwa kebudayaan adalah menifestasi
atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-Iuasnya.
C.A.Van Peursen mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang,
berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam,
melainkan selalu mengubah alam.
Kroeber dan Klukhon mendefinisikan kebudayaan; kebudayaan terdiri atas
berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh
dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara
tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan
benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri at as tradisi dan eita-cita atau
paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama (Vital).
Sistem nilai dan gagasan utama itu dihayati benar-benar oleh para pendukung
kcbudayaan yang bersangkutan dalam kurun waktu terteruu, sehingga mendominasi keseluruhan
kehidupan para pendukung itu, dalam arti mengarahkan tingkah laku mereka dalam
masyarakatnya. Dapat dikatakan pula, bahwa sistem nilai dan gagasan utama itu memberikan
pola untuk bertingkah laku kepadamasyarakatnya,atau dengan kata lain memberi seperangkat
model untuk bertingkah laku.
Sistem nilai dan gagasan utama sebagai hakekat kebudayaan terwujud dalam tiga
sistem kebudayaan secara terperinci,yaitu sistem ideologi, sistem sosial dan sistem teknologi.
Sistem ideologi meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hukum yang berfungsi
sebagai pengarahan untuk sistem sosial dan berupa interpretasi operasional dari sistem nilai
dan gagasan utama yang berlaku dalam masyarakat.
Sistem sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial di dalam rnasyarakat, baik yang
terjalin didalam lingkungan kerabat, maupun yang terjadi dengan masyarakat lebih luas serta
pemimpin-pemimpinnya. Pengendalian masyarakat dan pemimpin berkembang dengan nilai
budaya dan gagasan utama yang berlaku.
Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaannya. sesuai dengan nilai
budaya yang berlaku. Dalam kebudayaanyang terutama agraris, misalnya dengan sendirinya
sistem teknologi sesuai dengan keperluan pertanian.









1.5. UNSUR - UNSUR KEBUDAYAAN
Untuk lebih mendalami kebudayaan, perlu dikenal beberapa masalah lain yang
menyangkut kebudayaan. Misalnya apa yang disebut dengan unsur. Yang dimaksud dengan
unsur disini adalah apa saja sesungguhnya kebudayaan itu, sehingga kebudayaan disini lebih
mengandung makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya.
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun
unsur-unsur keeil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan.
Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpanya Majelis
Permusyawaratan Rakyat disamping unsur-unsur kecil seperti sisir, kancing, baju, peniti dan
lain-lainnya yang dijual di pinggir jalan.
Beberapa orang sarjana, telah meneoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan,
misalnya Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan.
Dikatakannya bahwa hanya ada empat unsur dalam kebudayaan, yaitu alar-alar teknologi,
sistem ekonomi, keluarga, dan kekuatan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski
mengatakan bahwa unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat
atau lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.
C.Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture
mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal,yaitu :

1. Sistem Religi (sistem kepercayaan).
Merupakan produk manusia sebagai homo religieus. Manusia yang memiliki
kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat
kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut, sehingga menyembahnya dan
lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.

2. Sistem organisasi kemasyarakatan.
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya
lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia
bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

3. Sistem pengetahuan.
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh
dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain. Kemampuan manusia
mengingat- ingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikannya kepada orang
lain melalui bahasa. menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Lebih-lebih bila
pengetahuan itu dibukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.

4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi.
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan
manusia secara umum terus meningkat





5. Sistem Teknologi dan Peralatan.
Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirarmya
yang eerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan
erat,manusia dapat membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat-alat ciptaannya itulah
manusia dapat lebih mampu meneukupi kebutuhannya daripada binatang.

6. Bahasa.
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada
mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempumakan dalam
bentuk bahasa lisan, dan akhimya menjadi bentuk bahasa tulisan.

7. Kesenian.
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aestetieus. Setelah manusia dapat
mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan.
Manusia bukan lagi semata-mata memenuhi kebutuhan isi perut saja, mereka juga perlu
pandangan mata yang indah, suara yang merdu, yang semuanya dapat dipenuhi melalui
kesenian,

Cultural-universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih
kecil. Disebut kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity Contoh cultural universal
pencaharian hidup dan ekonomi, antara lain mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dll. Cultural activity dapat dibagi lagi menjadi
unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebut trait-complex.Misalnya kegiatan pertanian
menetap meliputi unsur-unsur irigasi, sistem pengolahan tanah dengan baiak, sistem hak
milik atas tanah, dan lain sebagainya. Selanjutnya trait-complex mengolah tanah dengan
bajak, akan dapat dipecah-pecah ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil lagi,misalnya
hewan-hewan yang menarik bajak,teknik mengendalikan bajak, dan seterusnya. Akhimya
sebagaiunsur kebudayaanterkecilyangmembentuktrait. adalahitems contoh, alat bajak terdiri
dari gabungan alat-alat atau bagian-bagianyang lebih kecil lagi yang dapat dilepaskan, akan
tetapi pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan.
Masalah lain yangjuga penting tentangkebudayaanadalah wujudnya.Pendapat umum
mengatakan. bahwa kebudayaan dapat dibedakan dalam dua bentuk wujudnya. Pertama,
kebudayaan bendaniah (material) dengan ciri dapat dirasa saja. Kedua, kebudayaan rohaniah
(spiritual) dengan ciri dapat dirasa saja.
            Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1979: 203-204). Ketujuh unsur kebudayaan ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan universal karena selalu ada pada setiap masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut dapat diperinci lagi menjadi sub unsur hingga beberapa kali menjadi lebih kecil.







     Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut sudah pasti menjelma dalam tiga wujud kebudayaan. Sebagai contoh Koentjaraningrat menjelaskan bahwa sistem religi dapat dibagi menjadi tiga wujud kebudayaan. Dalam wujud kebudayaan yang pertama atau ide atau gagasan, sistem religi memiliki gagasan tentang Tuhan, dewa-dewi, roh-roh halus, surga dan neraka, rengkarnasi, dan sebagainya. Lalu sebagai wujud kebudayaan yang kedua atau sistem sosial, sistem religi juga mempunyai pola-pola aktifitas atau tindakan seperti upacara atau ritual baik yang diadakan musiman atau setiap hari. Kemudian sistem religi juga mempunyai benda-benda yang dianggap suci, sakral, atau religius sebagai bentuk wujud kebudayaan ketiga yaitu kebudayaan fisik atau artefak.

1.6. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada
kepala-kepala manusia yang menganutnya. atau dengan perkataan lain. dalam alam pikiran
warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup. Kalau warga masyarakat tadi
menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada
dalam karangandan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat yang bersangkutan.
Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disk. arsip. koleksi micro film dan
microfish.

2. Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau
diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dariaktivitas-aktivitas
manusia-rnanusia yang berinteraksi, berhubungan. serta bergaul satu dengan yang lain dari
detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam masyarakat,
sistem sosial bersifat konkret, terjadi disekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto dan
didokumentasi.

3. Wujud sebagai benda :
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan
sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut
menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik
yang kongkret bisa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada
benda yang bergerak.

Ketiga wujud dari kebudayaan tadi, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tak terpisah
satu sama lain. Kebudayaan ideal dan .adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada
tindakan-tindakan dan karya manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide , maupun tindakan
dalam karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan
fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia
dari lingkungan alamialmya sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan
juga cara berpikirnya.


Semua unsur budaya dapat dipandang dari sudut ketiga wujud masing-masing tadi.
Sebagai contoh STMIK / STIE Gunadarma. Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi, sekolah
tinggi tersebut merupakan suatu unsur dalam rangka kebudayaan Indonesia sebagai keseluruhan.
Maka oleh karena itu sekolah tinggi dapat merupakan suatu unsur kebudayaan yang ideal,
yang pada khususnya terdiri dari cita-cita Sekolah tlnggi, norma-norma untuk para karyawan,
dosen, atau mahasiswanya. tata tertib ujian, pandangan-pandangan baik yang bersifat ilmiah
maupun yang populer. dan sebagainya. Sebaliknya, STMIK / STIE Gunadarma juga terdiri dari suatu rangkaian aktivitas dan tindakan dimana manusia saling berhubungan atau
berinteraksi dalam hal melaksanakan berbagai macam kegiatan. Ada yang memberi kuliah,
ada yang mencatat, ada yang merninjam buku, ada yang mengetik sural. dan sebagainya.
Orang dapat juga mengadakan penelitian tentang STMIK / STIE Gunadarma tanpa
memperhatikan hal-hal tersebut diatas. Ia hanya memperhatikan Gunadarma sebagai himpunan
benda fisik, yang harus diinvetarisasi. ltulah sebabnya ia hanya melihat Gunadarma sebagai
suatu kompleks gedung-gedung. ruang kuliah, ruang praktekum, deretan buku-buku,
sekumpulan komputer. dan alat-alat lainnya saja.

1.7. ORIENTASI NILAI BUDAY A
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam
karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan
di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusi, yaitu :

1.         Hakekat hidup manusia ( MH )
Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan oerbeda secara ekstem; ada yang berusaha
untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik, "mengisi hidup"

2.         Hakekat karya manusia ( MK )
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda-beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa
karya bertujuan untuk hidup. karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya
merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.

3.         Hakekat waktu manusia ( WM )
Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang berpandangan mementingan
orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang
akan datang.
4.         Hakekat alam manusia ( MA )
Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau
memanfaatkan alam semaksimal mungkin. ada pula kebudayaan yang beranggapan
manusia hams hannonis dengan alam dan manusia hams menyerah kepada Alamo

5.         Hakekat hubungan manusia ( MN )
Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia. baik secara
horizontal (sesamanya) maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh). Ada pula
yang berpandangan individualistis ( menilai tinggi kekuatan sendiri ).

1.8. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun
Masyarakat dan kebudayaan primitive yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat
lainnya.
Tidak ada kebudayaanyang statis,semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak.
Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang
menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan
hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.Artinya,karena terjadi hubungan antar kelompok
manusia di dalam masyarakat.

Terjadinya gerak / perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1.         Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan jumlah dan komposisi penduduk.



2.         Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka. yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat
dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat.

Perubahan ini, selain karena jumlah pendudukdan komposisinya,juga karena adanya
difusi kebudayaan. penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam Perubahan sosial terjadi
perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain. sistem politik dan
kekuasaan. persebaran penduduk, sistem status. hubungan-hubungandi dalam keluarga.
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat.yang mempengaruh system sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelornpok dalam masyarakat.
Sedangkan perubahan kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing
yang bebrbeda sedemikian rupa. sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat
laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki
bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan.
antara lain aturan-aturan. norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan.
juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian). dan bahasa.
Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa-masa silam. Biasanya
suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka
terjadi hubungan-hubungan. mungkin dalam lapangan perdagangan. pemerintahan dan
sebagainya. Pada saat itulah unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses
migrasi besar-besaran. dahulu kala. mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.

Beberapa masalah yang menyangkut proses tadi adalah :
A. Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima.
B. Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima.
C. Individu-individu manakah yang cepat menerima unsur-unsur yang barn.
D. Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut,


1.         Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :
a.      Unsur kebudayaan kebendaan seperti peraiatan yang terutama sangat mudah dipakai
         dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya
         alat tulis menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia diambil dari
         unsur-unsur kebudayaan Barat.
b.      Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar, misalnya radio. komputer,
          telephone yang banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat komunikasi.
c.       Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang
          menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya
          murah serta pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk
          memperlengkapi pabrik -pabrik penggilingan.


2.         Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh sesuatu masyarakat adalah misalnya :
a.       Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan
          lain-lain.
b.       Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang
          paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan
          pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan
          pokok yang lainnya.
3.         Pada umumnya generasi muda dianggap scbagai individu-individu yang cepat menerima
unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk mclalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi
tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur barn. Hal itu
disebabkan karena norma-norma yang tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai
sehingga sukar sekali untuk mengubah norma-norma yang sudah demikian meresapnya
dalam jiwa generasi tua tersebut. Sebaliknya belum menetapnya unsur-unsur atau
norma-norma tradisional dalam jiwa gcnerasi muda, menyebabkan bahwa mereka lebih
mudah menerima unsur-unsur baru yang kemungkinan besar dapat mengubah kehidupan
mereka.
4.         Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan masyarakat dianggap oleh golongan tersebut sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat. Apabila mereka merupakan golongan yang kuat, maka mungkin proses perubahan dapat ditahannya. Sebaliknya bila mereka berada di pihak yang lemah, maka mereka hanya dapat menunjukkan sikap yang tidak puas.

Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan
baru diantaranya :
1.         Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2.         Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada,
maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh
berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3.         Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4.         Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan
yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5.         Apabila unsur yang barn itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan
mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara
unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian
unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, akan
tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima,
tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya tidaklah asli lagi
sebagai semula.Misalnya sistem pendidikan di Indonesia, untuk sebagian besar diambil dati
unsur-unsur kebudayaan barat. Akan tetapi sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa.
sehingga merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri.
1.9. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai
perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi
apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan. dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia
agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan. Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan, Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia. setelah peraturan itu
jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri
itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa
yang tercakup dalarn satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia
yang membuatnya.
Dari sisi lain. hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara
dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis. maksudnya
saling terkait satu sarna lain.

Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1.         Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2.         Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif. yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
3.         Intemalisasi. yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia. dia akan
menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat. oleh karena itu mempunyai
hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi
membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan
dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan
hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia
mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai :
1. Penganut Kebudayaan
2. Pembawa Kebudayaan
3. Manipulator Kebudayaan
4. Pencipta Kebudayaan

Manusia yang kehilangan nilai–nilai kebudayaan akan hidup dengan kebiasaan yang jauh dari cerminan kebudayaan bangsanya. Contoh saja pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sering kali masyarakat tidak menggunakan bahasa secara baik dan benar, lalu cenderung menggunakan bahasa yang dianggap modern Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion.
Masyarakat seakan-akan diberikan pilihan antara “Kualitas” atau “selera”. Hal ini dapat menjadikan kesenian atau budaya etnis kita dipandang sebelah mata dan digusur oleh budaya barat dengan kesenian popnya bercorak kebebasan. Pada kasus ini diperlukan pembentukan karakter yang lebih ,endalam pada tiap pribadinya. Pemerintah juga harus berkontribusi dalam hal ini, misalnya mengkaji norma mengenai pergeseran budaya. Masyarakat harus berhati hati dalam meniru budaya budaya lain sehingga tidak berdampak buruk pada jati diri bangsa. Media masa adalah contributor utama dalam globalisasi, jadi media masa perlu mengkaji informasi yang kana disampaikan kepada masyarakat. Dengan begini semua orang bisa berperan aktif dalam mempertahankan budaya kita. Kita harus memperkuat dimensi budaya kita. Sehingga kita bisa mempertahankan budaya kita.
















                            
















Daftar Pustaka

·         Nugroho, Widyo Acham Muchji (1996).Ilmu Budaya Dasar.Toto Bes.Universitas Gunadarma
·         http://sociologyimagination.blogspot.com/2011/06/manusia-dan-kebudayaan-analisa.html

Pernyataan - Pernyataan:

Jadi superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu
menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terintemalisasi.
(Freud. dalam Brennan. 1991; hal 205-206)

Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran"eksistensialisme"memandang
manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah mahluk alamiah yang terikat dengan
lingkungannya (ekologi).

Dalam konsep Jen, manusia yang selaras dan berkepribadian adalah manusia yang dapat
menjaga keseimbangan hubungan antara diri kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya,
terutama lingkungan sekitarnya yang paling dekat dan paling serius, kepada siapa ia dapat
mencurahkan rasa cinta, kemesraan dan baktinya.

Daerah lingkaran no 4 dan 3 yang dibedakan dari yang lain dengan garis-garis arser yang sedikit memasuki daerah lingkaran no 5 dan no 2 juga menggambarkan konsep jen atau
alam jiwa dari "manusia yang berjiwa selaras" itu. Kedua lingkaran itu adalah daerah-daerah
dalam individu yang ada dalam suatu keadaan psikologi yang oleh Hsu disebut Psychological
homeostatis. (judul karangannya)

Seorang antropolog yaitu E.B.Tylor ( 1871 ) mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut :
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan - kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari
cara berpikir

Koentjaraningrat mengatakan, bahwa kebudayaan antara lain berarti keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi pekertinya.



A.L Krober dan C.Kluckhon mengatakan, bahwa kebudayaan adalah menifestasi
atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-Iuasnya.

C.A.Van Peursen mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang,
berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam,
melainkan selalu mengubah alam.

Kroeber dan Klukhon mendefinisikan kebudayaan; kebudayaan terdiri atas
berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh
dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara
tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan
benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri at as tradisi dan eita-cita atau
paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.

Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan.
Dikatakannya bahwa hanya ada empat unsur dalam kebudayaan, yaitu alar-alar teknologi,
sistem ekonomi, keluarga, dan kekuatan politik.

Bronislaw Malinowski
mengatakan bahwa unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat
atau lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.

Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu
bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu pengetahuan
(Koentjaraningrat, 1979: 203-204).
Ketujuh unsur kebudayaan ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan universal karena selalu ada pada setiap masyarakat.
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut dapat diperinci lagi menjadi sub unsur hingga beberapa kali menjadi lebih kecil.

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut sudah pasti menjelma dalam tiga wujud kebudayaan.
Sebagai contoh Koentjaraningrat menjelaskan bahwa sistem religi dapat dibagi menjadi tiga wujud kebudayaan.
Dalam wujud kebudayaan yang pertama atau ide atau gagasan, sistem religi memiliki gagasan tentang Tuhan, dewa-dewi,
roh-roh halus, surga dan neraka, rengkarnasi, dan sebagainya. Lalu sebagai wujud kebudayaan yang kedua atau sistem sosial,
sistem religi juga mempunyai pola-pola aktifitas atau tindakan seperti upacara atau ritual baik yang diadakan musiman atau setiap hari.
Kemudian sistem religi juga mempunyai benda-benda yang dianggap suci, sakral, atau
religius sebagai bentuk wujud kebudayaan ketiga yaitu kebudayaan fisik atau artefak.

0 komentar:

Posting Komentar