ILMU
BUDAYA DASAR
Manusia
dan Kebudayaan
Dosen
: Aria Kusumadianto
Kelompok
1 :
Nama NPM KELAS
Alif
Rijas Prasetyo 10413694 1IB04
D
Opy Purmaiyasa 11413975 1IB04
Dani
Saputra 12413012 1IB04
Rian
Kurniawan 17413563 1IB04
Rizky
Wahyu Pradana 18413011 1IB04
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah. Makalah ini membahas “Manusia dan
Kebudayaan”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Study Pustaka
Indonesia adalah salah satu Negara
kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini
menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku
di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menajubkan karena biarpun
Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita
semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sesungguhnya sangat disayangkan
apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan dari
setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup
mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu
juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku
yang itu-itu saja. Jangankan tentang kebudayaan dari setiap suku, teori tentang
kebudayaan, unsure, sifat, substansi dan sebagai saja masih banyak yang belum
memahaminya.
Tujuan
penulisan:
Penulisan ini dilakukan untuk
mendapatkan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para
pembaca dalam pemahaman tentang Manusia, Hakekat Manusia, Kepribadian Bangsa Timur, Pengertian
kebudayaan, Unsur-unsur kebudayaan , Wujud kebudayaan, Orientasi Nilai Budaya,
Perubahan Kebudayaan,
Kaitan
Manusia dan kebudayaan. Kebudayaan dalam kehidupan
manusia memegang peranan penting dengan kebudayaan manusia merasakan adanya
ketenangan batin yang tak bisa di dapatkan dari manapun. Dengan mempelajari
hubungan manusia dan kebudayaan dapat di ketahui bahwa manusia membutuhkan
kebudayaan untuk bersosialisasi dengan mahluk yang lain. Bersosialisasi dan
adaptasi sangatlah penting bagi manusia. Kebudayaan dapat juga menjadi media
penting dalam kehidupan manusia seperti pendidikan, alat pemersatu, identitas,
hiburan dan masih banyak lagi peranan penting yang dimiliki kebudayaan. Dalam
dunia pendidikan kebudayaan adalah penunjang yang bertujuan memperkenalkan
macam-macam kebudayaan, tujuan dan fungsi kebudayaan dalam masyarakat,
dengan cara semacam ini diharapkan para generasi penerus dapat mempelajari dan
mengetahui makna kebudayaan. Dengan membahas materi tentang kebudayaan di
harapkan dapat nenambahkan wawasan pengetahuan dan kepedulian terhadap
kebudayaan.
Selain diatas adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui dan memahami Manusia, Hakekat Manusia, Kepribadian
Bangsa Timur
2.
Mengetahui
dan memahami Pengertian kebudayaan, Unsur-unsur kebudayaan , Wujud kebudayaan
3.
Mengetahui
dan memahami Orientasi Nilai Budaya, Perubahan Kebudayaan, Kaitan Manusia dan
kebudayaan.
Contoh
Kasus
Oleh:
Abdul Aziz
JAKARTA,
KOMPAS.com —
Sekitar 40 personel diturunkan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk
mengatur para penumpang bandel yang kerap naik di atas atap kereta api.
Penyiagaan petugas ini juga dalam rangka sosialisasi palang penampar dengan
rambu halilintar.
"Untuk Polisi Keamanan Dalam ada
sekitar 25 orang dan untuk Polisi Khusus Kereta Api sekitar 15 orang,"
kata Kepala Stasiun Duren Kalibata, Subur, di Stasiun Duren Kalibata, Jakarta,
Jumat (3/6/2011).
Palang penampar dengan rambu halilintar
ini dipasang sebelum masuk Stasiun Duren Kalibata, baik dari arah Stasiun
Cawang maupun dari arah Stasiun Pasar Minggu Baru. Petugas yang berjaga ini
dibekali dengan megaphone dan
pentungan yang berfungsi untuk menertibkan penumpang nakal.
"Ini masih sebagian saja. Nanti
pada hari Senin, rencananya kami akan pakai juga anjing pelacak untuk
menertibkan penumpang itu," ungkap Subur.
Selain petugas yang berjaga, operator di
Stasiun Duren Kalibata juga tidak berhenti mengimbau penumpang melalui pengeras
suara agar tidak lagi naik di atas atap kereta karena membahayakan diri
sendiri. Operator tersebut juga mengingatkan bahwa saat ini sedang dilakukan
sosialisasi rambu halilintar tersebut. Penumpang diharap berhati-hati jika
ingin selamat sampai di tujuan.
Seperti diberitakan sebelumnya, untuk
memberi efek jera kepada para penumpang yang bandel, PT KAI memasang palang
penampar dengan rambu halilintar. Pemberlakuan rambu ini juga sesuai dengan UU
No 23 Pasal 183 bahwa barang siapa saja yang naik di atas atap kereta api, kabin,
lokomotif, dan tempat lainnya yang bukan untuk penumpang akan ditindak.
"Kalau
tetap bandel, nanti ke depannya besi yang dipasang," tegas Mateta.
Sumber: www.kompas.com artikel Riana
Afifah | Tri Wahono | diakses Jumat, 3 Juni 2011 | 18:21 WIB
Analisis
Analisis
“Manusia dan Kebudayaan”
Selama ini para penumpang kereta api
yang duduk diatap sudah banyak menimbulkan korban. Namun, hal ini ternyata
belum bisa menjadi pelajaran bagi mereka. Banyak kasus dari yang jatuh terlempar
sampai tersengat aliran listrik tegangan tinggi tidak mampu membuat mereka
sadar. Pemerintah juga sudah menghimbau agar penumpang tidak duduk diatap
kereta, tetapi kelihatannya masih belum optimal. Meski demikian, akhir-akhir
ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru dengan memasang ‘palang
penampar dengan rambu halilintar’ agar penumpang tidak naik diatas gerbong.
Permasalahan ini sebenarnya sudah
menjadi masalah klasik yang menjadi tanggung jawab pemerintah untuk
menertibkannya. Kondisi ini juga harus diimbangi dengan kemauan dan kesadaran
penumpang untuk tidak melanggar peraturan. Alasan mereka selama ini kenapa
masih naik diatas gerbong antara lain adalah karena faktor ekonomi dan sosial.
Demi tidak dipungut biaya karcis mereka rela mempertaruhkan jiwanya dengan naik
diatas gerbong. Padahal harga karcis masih terbilang murah, tetapi mengapa
mereka masih tetap melakukannya?
Kondisi lainnya yang mendorong penumpang
untuk melakukannya yaitu volume penumpang, kebiasaan, dan factor social lainnya.
Di waktu pergi dan pulang kerja misalnya, kereta biasanya padat penumpang.
Dengan kondisi tersebut, agar tidak terlambat mereka mencari cara agar tetap
terangkut. Kebiasaan untuk melanggar peraturan dan naik diatas
gerbong juga telah menjadi budaya. Manusia seakan menjadikan suatu
hal yang tidak wajar menjadi wajar. Kita biasa saja ketika melihat penumpang
yang naik diatas gerbong dan penumpang yang diatas gerbong juga nyaman-nyaman
saja menikmati semilir angin yang membelah rambutnya.
Saya terkejut saat melihat tayangan
televisi ketika seorang penumpang diwawancarai perihal
kebijakan pemerintah yang mengeluarkan aturan dengan memasang
‘palang penampar’. “saya lagi mikirin caranya gimana ngrusakin itu alat” tutur
sukimin. Dari tanggapan masyarakat diatas, dapat dianalisis bahwa persoalan
bukan terletak pada kebijakan yang diambil pemerintah, tetapi lebih kepada
manusianya itu sendiri. Masyarakat sudah terbiasa dengan melihat dan melakukan
tindakan naik ke gerbong kereta sebagai hal yang wajar.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah
Apa yang harus dilakukan untuk menertibkan penumpang kereta?; Siapa yang
bertanggung jawab?; dan Bagaimana mengatasinya? Tentulah sudah menjadi tanggung
jawab bersama dalam menangani masalah social tersebut. Pemerintah (PT.KAI)
perlu mengeluarkan kebijakan yang dapat menjembatani keinginan penumpang
kereta. Tindakan yang dapat dilakukan misalnya dengan menambah gerbong atau
armada kereta agar semua penumpang dapat masuk kedalam kereta. Selain itu dapat
juga menurunkan harga karcis kalau dirasakan tidak terjangkau oleh penumpang
dan tetap melakukan sosialisasi bahaya naik diatas gerbong. Masyarakat juga
dapat berperan dengan tidak membiarkan dan tidak ikut-ikutan. Kontrol social
berupa sindirin atau membangun mainstream bahwa naik diatas
gerbong adalah berbahaya dan melanggar hukum (UU No 23 Pasal 183) dapat
ditanamkan pada diri masing-masing.
Mind Map Manusia
dan Kebudayaan
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan
adalah satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di mana manusia itu hidup
dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di
daerah yang di tinggalinya.
Indonesia adalah salah satu Negara
kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini
menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku
di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menajubkan karena biarpun
Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua
dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Manusia dalam kehidupan kesehariannya
tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna
kebudayaan itu sendiri. Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat)
dan kebudayaan lebih jauh telah diungkapkan oleh melvilie j. herkovits dan
bronislaw mallinowski, yang mengemukakan bahwa cultular determinism berarti
segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.
Manusia merupakan
makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu
kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan
dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan. Setiap
manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka
memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki
kebudayaan yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan disebabkan karna
perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu
sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman budaya
tersebut Seiring dengan berkembangnya teknlogi informasi dan komunikasi yang
masuk ke Indonesia diharapkan dapat dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan merupakan
jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain.
Namun, sesungguhnya sangat disayangkan
apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan dari
setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup
mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu
juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku
yang itu-itu saja. Jangankan tentang kebudayaan dari setiap suku, teori tentang
kebudayaan, unsure, sifat, substansi dan sebagai saja masih banyak yang belum
memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
1.1.
MANUSIA
Manusia
di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan
dapat dipandang dari
banyak segi. Dalarn
ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel
atom yang membentuk
jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia),
manusia merupakan
kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sarna lain
dan merupakan
kumpulan dari energi (ilmu Fisika), manusia merupakan mahluk biologis
yang yang tergolong
dalam golongan mahluk mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu sosial,
manusia merupakan
mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap
kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi).
manusia merupakan mahluk
sosial
yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi). mahluk yang selalu ingin
mempunyai
kekuasaan
(politik). mahluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat). dan
lain
sebagainya.
Dari definisi-definisi tersebut diatas
kita dapat melihat bahwa manusia selain dapat
dipandang
dari banyak segi, juga mempunyai banyak kepentingan.
Tctapi siapakah manusia
itu sebenamya ? dengan berdasar pada uraian di atas tentu kita
akan mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan tersebut, oleh karena itu kita kan
mencoba mencrangkan siapa
manusia itu dari unsur-unsur yang membangun manusia.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan
tentang unsur-unsur
yang membangun manusia
1) Manusia
itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
a.
Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang nampat pada luarnya,
dapat diraba dan
difoto, dan menempati ruang dan waktu (
hal 62)
b.
Hayat, yaitu : mengandung
unsur hidup, yang ditandai dcngan gerak (hal 66)
c.
Ruh, yaitu : bimbingan
dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
memahami kebenaran, suatu kemampuan
mencipta yang bcrsifat konseptual yang
menjadi pusat lahirnya kebudayaan (hal
77)
d.
Nafs, dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran
tentang diri sendiri (hal 79).
(
Asy'arie, 1992 hal : 62-84)
2) Manusia
sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu :
a.
Biologis (Id), yang merupakan struktur kepribadian yang paling
primitif dan paling tidak nampak, Id merupakan libido murni, atau energi psikis
yang menunjukkan ciri alami yang
irrasional dan terkait dengan sex, yang
secara instingtual menentukan proses-proses
ketidaksadaran (unconcious). Id tidak
berhubungan dengan lingkungan luar diri,
tetapi terkait dengan struktur lain
kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator
antara insting Id dengan dunia luar. Terkukung dari realitas dan pengaruh sosial, Id
diatur oleh prinsip kesenangan. mencari
kepuasan instingtual libidinal yang harus
dipenuhi baik secara langsung melalui
pengalaman seksual, atau tidak langsung
melalui mimpi atau khayalan. Proses pemenuhan kepuasan yang disebutkan
terakhir
yang dilakukan secara tidak langsung
disebut sebagai proses primer. Obyek yang
nyata dari pemuasan kebutuhan langsung
dalam prinsip kesenangan ditentukan oleh
tahap psikoseksual dari perkembangan
individual,
b. Ego, merupakan bagian atau struktur
kepribadian yang pertama kali dibedakan dari
Id, seringkali disebut sebagai
kepribadian "eksekutif" karena peranannya dalarn
menghubungkan energi Id ke dalam saluran
sosial yang dapat dimengerti oleh orang
lain. Perkembangan ego terjadi antara
usia satu dan dua tahun, pada saat anak secara
nyata
berhubungan dengan lingkungannya. Ego diatur oleh prinsip realitas, Ego
sadar
akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah laku sehingga dorongan
instingtual
Id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima. Pencapaian
obyek-obyek
khusus untuk mengurangi energi libidinal dengan cara yang dalam
lingkungan
sosial dapat diterima disebut sebagai proses sekunder.
c. Superego, merupakan struktur kepribadian
yang paling akhir, muncul kita-kira pada
usia lima tahun.
Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal
dalam diri individu, superego terbentuk
dari lingkungan eksternal. Jadi superego.
merupakan kesatuan standar-standar moral
yang diterima oleh ego dari sejumlah
agen yang mempunyai otoritas di dalam
lingkungan luar diri, biasanya merupakan
asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua. Baik aspek negatif
maupun positif
dari standar moral tingkah
laku ini diwakilkan atau ditunjukkan oleh superego.
Kode moral positif disebut
ego ideal. suatu perwakilan dari tingkah laku yang tepat
bagi individu untuk
dilakukan. Kesadaran membentuk aspek negatif dari superego.
dan menentukan hal-hal
mana yang tennasuk dala katagori tabu. yang mengatur
bahwa penyimpangan dari
aturan tersebut akan menyebabkan dikenakannya sangsi.
Superego dan Id berada
dalam kondisi konflik langsung. dan ego menjadi penengah
atau mediator. Jadi superego
menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu
menghasilkan
kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terintemalisasi.
(Freud. dalam Brennan.
1991; hal 205-206)
Dari uraian di atas
dapat mengkaji aspek tindakan manusia dengan analisa hubungan
antara tindakan dan
usur-unsur manusia. Seringkali, misalnya orang yang senang terhadap
penyimpangan
terhadap nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasi bahwa orang tersebut lebih
dikendalikan oleh Id
dibanding super ego-nya, atau seringkali ada kelainan yang terjadi pada
manusia, misalnya
orang yang berparas buruk dan bertubuh pendek berani tampil ke muka
umum, dapat
diterangkan dengan mengacu pada unsur nafs (kesadaran diri) yang dimiliki
oleh manusia.
Kesemua unsur tersebut dapat digunakan sebagai alat analisa bagi tingkah
laku
manusia.
1.2. HAKEKAT MANUSIA
a. Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai
satu kesatuan
yang utuh.
Tubuh
adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa,
wujudnya konkrit tetapi tidak
abadi. Jika manusia
itu meninggal, tubuhnyahancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh,
tidak dapat
dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi.jika manusia
meninggal,
jiwa lepas dari
tubuh dan kernbali ke asalnya yaitu Tuhan, dan
jiwa tidak mengalami
kebancuran. Jiwa
adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia sebagai penggerakdan sumber
kehidupan.
b. Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan
dengan mahluk lainnya.
Kesempumaannya
terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh
penciptanyadengan
akal, perasaan,dan kehendakyang terdapatdidalamjiwa manusia. Dengan
akal (ratio)
manusia rnampu menciptakanilmu pengetahuandan teknologi. Adanya nilai baik
dan buruk, mengharuskan
manusia mampu rnempertimbangkan.menilai dan berkehendak
menciptakan
kebenaran, keindahan. kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya
perasaan, manusia
mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam
diri manusia
itu ada dua macam, yaitu
perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan
inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra. tingkatnya rendah dan
terdapat pada manusia atau
binatang.
Perasaan rohani
adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia
misalnya :
1) Perasaan intelektual. yaitu
perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan. Seseorang
merasa senang atau
puas apabila ia dapat mengetahui sesuatu, sebaliknya tidak senang
atau tidak puas
apabila ia tidak berhasil mengetahui sesuatu.
2) Perasaan estetis.yaitu perasaan
yang berkenan dengan keindahan. Seseorang merasa
senang apabila ia
melihat atau mendengarsesuatuyang indah, sebaliknyatimbul perasaan
kesal apabila tidak
indah.
3) Perasaan etis. yaituperasaanyang
berkenaandengan kebaikan.Seseorangmerasa senang
apabila sesuatu itu
baik, sebaliknya perasaan benci apabila sesuatu itu jahat.
4) Perasaan diri. yaitu perasaan yang
berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan
dari yang lain. Apabila
seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, ia merasa tinggi,
angkuh, dan
sombong, sebaliknyaapabila ada kekuranganpada dirinya ia merasa rendah
diri (minder)
5) Perasaan sosial, yaitu perasaan
yang berkenaandengan kelompok atau korp atau hidup
bermasyarakat, ikut
merasakan kehidupan orang lain. Apabila orang berhasil, ia
ikut
senang,
apabila orang gagal, memperoleh musibah, ia
ikut sedih.
6) Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.
Seseorang merasa
tentram jiwanya apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu mematuhi
segala perintah -
Nya dan menjauhi larangan - Nya.
Adanya kehendak
dari setiap manusia mampu menciptakan perilaku tentang kebaikan
menurut moral.
c. Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia
adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan
budayawi. Sebagai
mahluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi
atau faal,
biokimia. psikobiologi. patologi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan
sebagainya. Sebagai
mahluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi - segi :
kemasayarakatan. kekerabatan. psikologi
sosial, kesenian, ekonomi, perkakas. bahasa, dan
sebagainya.
d. Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat
dengan Iingkungan ekologi, mempunyai
kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Soren
Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran"eksistensialisme"memandang
manusia dalam
konteks kehidupan konkrit adalah mahluk alamiah yang terikat dengan
lingkungannya
(ekologi). memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah pula.
Hidup
manusia mempunyaitiga taraf, yaitu estetis, etis
dan religius. Dengan kehidupan
estetis, manusia
mampu menangkapduma sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan
mengungkapkan
kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian
yang indah. Dengan etis,
manusia
meningkatkan kehidupan estetis ke dalam
tingkatanmanusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan
dipertanggung jawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati
pertemuannya dengan
Tuhan.
Semakin
dekat seseorang dcngan Tuhan, semakin dekat pula menuju
kesempurnaan
dan semakin jauh ia
di lepaskan dari rasa kekhawatiran. Semakin
mendalam penghayatan
terhadap Tuhan
semakin bermakna pula kehidupannya, dan akan terungkap pula kenyataan
manusia individual
atau kenyataan manusia subyektif yang memiliki harkat dan martabat
tinggi.
1.3. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Francis
L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam
dirinya keahlian di
dalam ilmu antropologi. ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan
dna k1asik. Karya
tulisnya berjudul Psychological Homeostatis
Cina K1asik. Majalah American
Anthropologist. jilid
73 tahun 1971. halaman 23-24.
Ilmu
psikologi yang memang berasal dan timbul dalarn masyarakat Barat, dim
ana
konsep individu
itu mengambil tempat yang amat penting, biasanya menganalisis jiwa
manusia
dengan terlampau
banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan
analisis
tersendiri.
Sampai
sekarang. ilmu psikologi di negara-negara
Barat itu terutama mengembangkan
konsep-konsep dan
teori-teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan
alat-alat
untuk menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu itu. Sebaliknya.
ilmu itu masih
kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat menganalisis jaringan
berkait antara jiwa
individu dan lingkungan sosial budayanya.
Untuk
menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu, hanya
sebagai subyek yang
terkandung
dalam batas individu yang terisolasi. maka Hsu telah mengembangkan suatu
konsepsi. bahwa
dalam jiwa manusia sebagai mahluk sosial
budaya itu mengandung delapan
daerah yang
seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris
sekitar diri pribadi.
Nomor
7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar. Kedua
lingkaran itu
berada di daerah
pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan
gagasan yang telah
terdesak ke dalam. sehingga tidak disadari lagi
oleh individu yang
bersangkutan. Bahan
pemikiran dan gagasan tadi sering tidak utuh lagi. beberapa bagian
sudah hilang
terlupakan. dan unsur-unsurnya ibarat isi impian sudah tidak lagi tersusun
menurut logika yang biasa dianut manusia dalam hidupnya sehari-hari, Individu
yang
bersangkutan sudah
lupa akan unsur-unsur pikiran dan gagasan terse but. tetapi dalam keadaan
tertentu
unsur-unsur itu bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan hidup
sehari-harinya, Daerah
pedalaman dan jiwa manusia sudah banyak diteliti dan
dianalisis oleh
para ahIi
psikoanalisis seperti sigmund freud dan pcngikut-pengikutnya.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan ( unexpressed
conscious) . Lingkaran
itu terdiri dari
pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
yang disadari oleh si individu yang
bersangkutan.
tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya
sendiri dan tak dinyatakan
kepada siapapun
juga dalam lingkungannya Hal itu disebabkan
ada kemungkinan, bahwa :
a). ia takut salah
dan takut dimarahi orang apabila ia menyatakannya. atau karena ia punya
maksud jahat.
b). ia sungkan
menyatakannya. atau karena belum yakin bahwa ia akan mendapat respons
dan pengertian yang baik dari sesamanya.
atau takut bahwa walaupun diberi respons,
respons itu sebenarnya tak diberikan
dengan hati yang ikhlas atau juga karena ia takut
ditolak mentah-mentah ..
c). ia malu karena
takut ditertawakan, atau karena ada perasaan bersalah yang mendalam
d). ia tidak bisa
menemukan kata-kata atau pernmusan yang cocok untuk menyatakan gagasan
yang bersangkutan tadi kepada sesamanya,
Nomor
4 disebut kesadaran yang dinyatakan ( expressed conscious ). Lingkaran ini
di dalam alam jiwa
manusia mengandung pikiran-pikiran. gagasan-gagasan,
dan
perasaan-perasaan
yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu kepada sesamanya,
yang dengan mudah
diterima dan dijawab oleh sesamanya. Simpati,
kemarahan, kebencian.
rasa puas, rasa
senang, kegembiraan, rasa terimakasih. konsep-konsep tentang tata eara hidup
sehari-hari,
pengetahuan yang dipahami juga oleh umum, adat istiadat sehari-hari.
peraturan-peraturan.
sopan santun, dan sebagainya yang dikenal semua orang. menjadi bahan
aktivitas berpikir
dan peneetusan emosi manusia dari waktu ke waktu.
Nomor
3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang.
binatang-binatang.
atau benda-bnda yang oleh si individu diajak bergaul seeara mesra dan
karib. yang bisa
dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat meneurahkan isi hati apabila
ia sedang terkena
tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan dan oleh masalah-masalah
hidup yang
menyulitkan. Orang tua, saudara sekandung. kerabat dekat, sahabat karib,
biasanya
merupakan penghuni
penting dari daerah nomor 3 dalam alam pikiran manusia ini, yang
kecuali oleh
tokoh-tokoh manusia sering juga diternpati oleh pikiran-pikiran. dan
perasaan-perasaan
terhadap binatang kesayangan, benda kesayangan, benda pusaka, dan juga
oleh hal-hal,
ide-ide atau ideologi-ideologi yang dapat menjadio sasaran rasa kebaktian-penuh
dari jiwanya,
seperti Tuhan bagia kita, ruh nenek moyang bagi orang bereligi anirnis,
ideologi
komunis bagi orang
komunis dan sebagainya.
Nomor
2 disebut lingkungan hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap sayang
dan mesra, melainkan
ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang. binatang atau bcnda-benda
itu bagi dirinya.
Bagi seorang murid. guru berada didaerah lingkungan 2 dari alam pikirannya:
bagi seorang
pedagang. para pembelinya ada di situ: bagi
seorang tukang cukur.
langganannyalah
berada di situ dan sebagainya. Kecuali manusia. juga banyak benda dan alat
kehidupan
sehari-hari yang dipergunakan manusia secara otomatis. tanpa banyak
mengeluarkan
perasaan, keeakapan
atau tenaga. berada juga di daerah lingkaran nomor 2 itu. Contoh dari
benda-benda yang
terletak pada lingkaran itu adalah pakaian harian, alat-alat makan, perabot
rumah tangga, uang
dan sebagainya.
Nomor
1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam
jiwa manusia
tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam
kebudayaan dan
masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali
mempunyai arti dan pengaruh
langsung terhadap
kehidupan sehari-hari. Bagi pctani Jawa di dcsa-desa di Jawa tengah.
pandangan mereka
tentang kota Jakarta mungkin terletak dalam daerah lingkaran ini, bagi
seorang mandor jalan
di Jawa Timur pandangannya tentang komputer IBM 1130 dari
Departemen PUTL di
Jakarta terletak dalam daerah lingkaran ini. Mungkin
orang-orang tadi
akan kagum apabila
mereka mendengarmengenai hal-hal tersebut, tetapi sesudah itu tak ada
kelanjutan lebih
jauh dari kekaguman tadi karena bagi hal-hal tersebut di atas tak ada tempat
dan fungsi langsung
dalam kehidupan mereka.
Nomor
0 disebut lingkungan dunia Iuar, terdiri dari
pikiran-pikiran dan
anggapan-anggapanyang
hampir sama dengan pikiran yang terletak dalam lingkungan nomor
1. hanya bedanya
terdiri dari pikiran-pikirandan anggapan-anggapan tentang orang dan hal
yang terletak di
luar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu
bersangkutan dengan
sikap masa bodoh. Contoh - contohnya adalah : anggapan seorang
pelajar Indonesia
yang tak pemah keluar negeri; tentang negara Amerika, anggapan seorang
pegawai rendahan di
suatu departemen di Jakarta tentang kota Kopenhagen, dan sebagainya
Pada
bagan psiko-sosiagram, daerah lingkaran nomor 4 dibatasi oleh garis yang
digambarkan lebih
tebal daripada yang lain. Garis itu menggambarkanbatas dari alam jiwa
individu yang dalam
iImu psikologi disebut personality atau "kepribadian",
Sebagian besar
dari isi jiwa
manusia ( termasuk yang telah didesak ke dalam daerah tak sadar dan sub sadar),
sebagian besar dari
pengetahuandan pengertiannyatentang adat-istiadatdan kebudayaannya.
sebagian besar dari
pengetahuan dan pengertiannya tentang lingkungan, dan
sebagian besar
dari nilai budaya
dan norma-norma yang dianutnya, menurut ilmu psikologi barat terkandung
dalam kepribadian
manusia.
Menurut
Francis L.K.Hsu, mahluk manusia masih memerlukan suatu daerah isi jiwa
tambahan untuk
memuaskan suatu kebutuhan rohaniah yang bersifat fundamental dalam
hidup manusia. Daerah
isi jiwa tambahan terhadap lingkaran-lingkaran 7,6,5 dan 4 yang
menggambarkan
kepribadian manusia tadi adalah daerah lingkaran 3. hubungan
yang
berdasarkan cinta
dan kemesraan dan juga rasa untuk bisa berbakti secara penuh dan mutlak,
merupakan suatu
kebutuhan fundamental dalam hidup manusia. Tanpa
adanya tokoh-tokoh
orang atau
benda-benda kesayangan. tanpa Tuhan, tanpa ide-ide atau
ideologi-ideologi yang
bisa ' menjadi
sasaran dari rasa kebaktian mutlak yang semuanya menempati daerah
lingkungkaran nomor
3 dalam alam jiwanya, hidup kerohanian manusia tidak akan bisa
seimbang - selaras. Manusia
yang tak mempunyai semuanya itu akan merupakan manusia
yang
sangatmenderitakarena ia kehilanganmutuhidup. kebilanganarti hidup, dan
kehilangan
landasan dari rasa
keamanan murni dalam hidup. Manusia seperti itu sering akan memilih
jalan ke luar dari
penderitaan dengan bunuh diri
Konsep
yang dapat dipakai sebagai landasan untuk mengembangkan konsep lain itu,
menurut Francis
L.K.Hsu adalah konsep Jen dalam kebudayaan Cina, yaitu
manusia yang
berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian.
Usul
Francis L.K.Hsu. agar para ahli psikologi tidak hanya memakai konsep barat
mengenai
kepribadian itu, tetapi juga memperhatikan unsur hubungan mesra dan bakti itu.
Dalam konsep Jen,
manusia yang selaras dan berkepribadian adalah manusia yang dapat
menjaga
keseimbangan hubungan antara diri kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya,
terutama lingkungan
sekitarnya yang paling dekat dan paling serius, kepada siapa ia dapat
mencurahkan rasa
cinta, kemesraan dan baktinya.
Daerah
lingkaran no 4 dan 3 yang dibedakan dari yang lain dengan garis-garis
arser
yang sedikit memasuki daerah lingkaran no 5 dan no
2 juga menggambarkan konsep jen atau
alam jiwa dari
"manusia yang berjiwa selaras" itu.
Kedua lingkaran itu adalah daerah-daerah
dalam individu yang
ada dalam suatu keadaan psikologi yang oleh Hsu disebut Psychological
homeostatis. (judul
karangannya)
Banyak
orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan
kebudayaan Timur.
Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika
mereka berexpansi
menjelajahi dunia, menguasai wilayah luas di Afrika, Asia
dan Oseania.
dan memantapkan
pemerintah-pemerintah jajahan mereka dimana-mana. Semua
kebudayaan
di luar kebudayaan
mereka di Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawannya
kebudayaan mereka
sendiri yang mereka sebut kebudayaan Barat.
Orang-orang
yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara
populer, bisanya
menyangka bahwa Kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan
kerohanian, mistik,
pikiran preologis, keramah tamahan. dan gotong royong. Sedangkan
kebudayaan Barat
lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis. hubungan
asas guna
(hubungan hanya
berdasarkan prinsip guna). dan individualisme.
Berikut ini
dipaparkan bagan mengenaipsiko-sosiagrammanusia sebagaimana
diuraikan
di atas menurut Prof. Dr.
Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul kebudayaan,mentalitas
dan pembangunan.
halaman 128.
7.
taksadar konsep freud
6. subsadar
5. kesadaran yang tak dinyatakan
4.
kesadaran yang dinyatakan
konsep manusia berjiwa selaras
3. lingkungan hubungan karib
2. lingkungan hubungan
berguna
1. lingkungan hubungan jauh
0. dunia luar
1.4. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Apabila
kita berbicara tentang kebudayaan, maka kita langsung berhadapan dengan
pengertian
istilahnya. Pengertian kebudayaan menyangkut bermacam-rnacam definisi yang
telah dipikirkan oleh
sarjana-sarjana bidang sosial budaya diseluruh dunia.
Dua
orang antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herkovits dan Bronislaw
Malinowski
mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat
di dalam masyarakat
ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Herkovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan
yang turun temurun
dari generasi ke generasi hidup terus. Walaupun orang-orang yang menjadi
anggota masyarakat
senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Pengertian
kebudayaan meliputi
bidang yang luasnya seolah-olah tidak ada batasnya. Dengan demikian
sukar sekali untuk
mendapatkan pembatasan pengertian atau definisi yang tegas dan terinci
yang mencakup
segala sesuatu yang seharusnya termasuk
dalam pengertian tersebut. Dalam
pengertian sehari-hari
istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama
seni suara dan seni
tari.
Kebudayaan
jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah
yang berarti budi
atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere. yang
berarti mengolah
tanah. jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai "segala sesuatu
yang dihasilkan
oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau
tempat tinggalnya.,
atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan
dan mempertahankan
hidupnya di dalam lingkungannya ". Budaya
dapat pula diartikan sebagai
himpunan pengalaman
yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan
secara sosial, yang
merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu (Keesing, jilid I. 1989;
hal 68)
Kebudayaan
dengan demikian mencakup segala aspek
kehidupan manusia, baik yang
sifatnya material,
seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material,
seperti nilai
kehidupan dan seni-seni tertentu.
Seorang
antropolog yaitu E.B.Tylor ( 1871 ) mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut :
Kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan
lain serta kebiasaan - kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Dengan perkataan
lain kebudayaan
mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi
merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan
kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam
sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk masyarakat.
Rasa yang meliputi
jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai
sosial yang perlu
untuk mengatur masalah masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas.
Didalamnya termasuk
misalnya agama, ideologi, kebatinan, kesenian
dan semua unsur yang merupakan hasil ekpresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
masyarakat. Cipta
merupakan kemampuan
mental. kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat
dan yang antara lain
menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan
bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari
cara berpikir, hal ini amat luas apa
yang disebut kebudayaan sebab semua laku dan perbuatan
tercakup di
dalamnya, dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, perasaan juga
maksud pikiran.
Koentjaraningrat mengatakan,
bahwa kebudayaan antara lain berarti
keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
A.L Krober dan C.Kluckhon mengatakan,
bahwa kebudayaan adalah menifestasi
atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-Iuasnya.
C.A.Van Peursen
mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan
diartikan sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap
kelompok orang-orang,
berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu
saja ditengah alam,
melainkan selalu mengubah alam.
Kroeber dan Klukhon
mendefinisikan kebudayaan; kebudayaan
terdiri atas
berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh
dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun
pencapaiannya secara
tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan
benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri at as
tradisi dan eita-cita atau
paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Secara
praktis bahwa kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama (Vital).
Sistem
nilai dan gagasan utama itu dihayati benar-benar oleh para pendukung
kcbudayaan yang
bersangkutan dalam kurun waktu terteruu, sehingga mendominasi keseluruhan
kehidupan para
pendukung itu, dalam arti mengarahkan tingkah laku mereka dalam
masyarakatnya. Dapat
dikatakan pula, bahwa sistem nilai dan gagasan utama itu memberikan
pola untuk
bertingkah laku kepadamasyarakatnya,atau dengan kata lain memberi seperangkat
model untuk
bertingkah laku.
Sistem
nilai dan gagasan utama sebagai hakekat kebudayaan terwujud dalam tiga
sistem kebudayaan
secara terperinci,yaitu sistem ideologi,
sistem sosial dan sistem teknologi.
Sistem
ideologi meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hukum yang berfungsi
sebagai pengarahan
untuk sistem sosial dan berupa interpretasi operasional dari sistem nilai
dan gagasan utama
yang berlaku dalam masyarakat.
Sistem
sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial di dalam rnasyarakat, baik yang
terjalin didalam
lingkungan kerabat, maupun yang terjadi dengan masyarakat lebih luas
serta
pemimpin-pemimpinnya. Pengendalian
masyarakat dan pemimpin berkembang dengan nilai
budaya dan gagasan
utama yang berlaku.
Sistem
teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaannya. sesuai
dengan nilai
budaya yang
berlaku. Dalam kebudayaanyang terutama agraris, misalnya dengan sendirinya
sistem teknologi
sesuai dengan keperluan pertanian.
1.5. UNSUR - UNSUR KEBUDAYAAN
Untuk
lebih mendalami kebudayaan, perlu dikenal beberapa masalah lain yang
menyangkut
kebudayaan. Misalnya apa yang disebut dengan unsur. Yang dimaksud dengan
unsur disini adalah
apa saja sesungguhnya kebudayaan itu, sehingga kebudayaan disini lebih
mengandung makna
totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya.
Kebudayaan
setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun
unsur-unsur keeil
yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan.
Misalnya dalam
kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpanya Majelis
Permusyawaratan
Rakyat disamping unsur-unsur kecil seperti sisir, kancing,
baju, peniti dan
lain-lainnya yang
dijual di pinggir jalan.
Beberapa
orang sarjana, telah meneoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan,
misalnya Melville
J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan.
Dikatakannya bahwa
hanya ada empat unsur dalam kebudayaan, yaitu
alar-alar teknologi,
sistem ekonomi,
keluarga, dan kekuatan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski
mengatakan bahwa
unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma, organisasi
ekonomi, alat-alat
atau lembaga
ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.
C.Kluckhohn
di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture
mengemukakan, bahwa
ada tujuh unsur kebudayaan universal,yaitu :
1. Sistem
Religi (sistem kepercayaan).
Merupakan
produk manusia sebagai homo religieus. Manusia yang memiliki
kecerdasan pikiran
dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat
kekuatan lain yang
maha besar. Karena itu manusia takut, sehingga
menyembahnya dan
lahirlah
kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan.
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya
lemah, namun
memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia
bekerja sama untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem
pengetahuan.
Merupakan
produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan
dapat diperoleh
dari pemikiran
sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain. Kemampuan manusia
mengingat- ingat
apa yang telah diketahui kemudian menyampaikannya kepada orang
lain melalui
bahasa. menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Lebih-lebih bila
pengetahuan itu
dibukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke
generasi
berikutnya.
4. Sistem mata
pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi.
Merupakan
produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan
manusia secara umum
terus meningkat
5. Sistem Teknologi
dan Peralatan.
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirarmya
yang eerdas dan
dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan
erat,manusia dapat
membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat-alat ciptaannya itulah
manusia dapat lebih
mampu meneukupi kebutuhannya daripada binatang.
6. Bahasa.
Merupakan produk
dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada
mulanya diwujudkan
dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempumakan dalam
bentuk bahasa
lisan, dan akhimya menjadi bentuk bahasa tulisan.
7. Kesenian.
Merupakan hasil
dari manusia sebagai homo aestetieus. Setelah
manusia dapat
mencukupi kebutuhan
fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan.
Manusia bukan lagi
semata-mata memenuhi kebutuhan isi perut saja, mereka juga perlu
pandangan mata yang
indah, suara yang merdu, yang semuanya dapat dipenuhi melalui
kesenian,
Cultural-universal
tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih
kecil. Disebut
kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural
activity Contoh cultural universal
pencaharian hidup
dan ekonomi, antara lain mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian,
peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dll.
Cultural activity dapat dibagi lagi menjadi
unsur-unsur yang
lebih kecil lagi yang disebut trait-complex.Misalnya kegiatan pertanian
menetap meliputi
unsur-unsur irigasi, sistem pengolahan tanah dengan baiak, sistem
hak
milik atas tanah,
dan lain sebagainya. Selanjutnya trait-complex
mengolah tanah dengan
bajak, akan
dapat dipecah-pecah ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil lagi,misalnya
hewan-hewan yang
menarik bajak,teknik mengendalikan bajak, dan
seterusnya. Akhimya
sebagaiunsur
kebudayaanterkecilyangmembentuktrait. adalahitems contoh, alat bajak terdiri
dari gabungan
alat-alat atau bagian-bagianyang lebih kecil lagi yang dapat dilepaskan, akan
tetapi pada
hakekatnya merupakan suatu kesatuan.
Masalah
lain yangjuga penting tentangkebudayaanadalah wujudnya.Pendapat umum
mengatakan. bahwa
kebudayaan dapat dibedakan dalam dua bentuk wujudnya. Pertama,
kebudayaan
bendaniah (material) dengan ciri dapat dirasa saja. Kedua, kebudayaan rohaniah
(spiritual) dengan
ciri dapat dirasa saja.
Koentjaraningrat juga
mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, kesenian, sistem
religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan
sistem ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1979: 203-204). Ketujuh unsur kebudayaan
ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan universal karena selalu
ada pada setiap masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur
tersebut dapat diperinci lagi menjadi sub unsur hingga beberapa kali menjadi
lebih kecil.
Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut sudah pasti menjelma dalam tiga wujud
kebudayaan. Sebagai contoh Koentjaraningrat menjelaskan bahwa sistem religi
dapat dibagi menjadi tiga wujud kebudayaan. Dalam wujud kebudayaan yang pertama
atau ide atau gagasan, sistem religi memiliki gagasan tentang Tuhan, dewa-dewi,
roh-roh halus, surga dan neraka, rengkarnasi, dan sebagainya. Lalu sebagai
wujud kebudayaan yang kedua atau sistem sosial, sistem religi juga mempunyai
pola-pola aktifitas atau tindakan seperti upacara atau ritual baik yang
diadakan musiman atau setiap hari. Kemudian sistem religi juga mempunyai
benda-benda yang dianggap suci, sakral, atau religius sebagai bentuk wujud
kebudayaan ketiga yaitu kebudayaan fisik atau artefak.
1.6. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi
wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu
1. Kompleks
gagasan, konsep, dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut
sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada
kepala-kepala
manusia yang menganutnya. atau dengan perkataan lain. dalam alam pikiran
warga masyarakat
dimana kebudayaan bersangkutan hidup. Kalau warga masyarakat tadi
menyatakan gagasan
mereka dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada
dalam karangandan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat yang bersangkutan.
Sekarang kebudayaan
ideal juga banyak tersimpan dalam disk. arsip. koleksi micro film dan
microfish.
2. Kompleks aktivitas
:
Berupa aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau
diobservasi. Wujud
ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dariaktivitas-aktivitas
manusia-rnanusia yang
berinteraksi, berhubungan. serta bergaul satu dengan yang lain dari
detik ke detik, dari
hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam masyarakat,
sistem sosial
bersifat konkret, terjadi disekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi,
difoto dan
didokumentasi.
3. Wujud sebagai
benda :
Aktivitas manusia
yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan
sebagai hasil karya
manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut
menghasilkan benda
untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan
dalam bentuk fisik
yang kongkret bisa
juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada
benda yang
bergerak.
Ketiga
wujud dari kebudayaan tadi, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tak terpisah
satu sama lain. Kebudayaan
ideal dan .adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada
tindakan-tindakan
dan karya manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide , maupun tindakan
dalam karya
manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya,
kebudayaan
fisik membentuk
suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia
dari lingkungan
alamialmya sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan
juga cara
berpikirnya.
Semua
unsur budaya dapat dipandang dari sudut ketiga wujud masing-masing tadi.
Sebagai contoh
STMIK / STIE Gunadarma. Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi, sekolah
tinggi tersebut
merupakan suatu unsur dalam rangka kebudayaan Indonesia sebagai keseluruhan.
Maka oleh karena
itu sekolah tinggi dapat merupakan suatu unsur kebudayaan yang ideal,
yang pada khususnya
terdiri dari cita-cita Sekolah tlnggi, norma-norma untuk para karyawan,
dosen, atau mahasiswanya.
tata tertib ujian, pandangan-pandangan baik yang bersifat ilmiah
maupun yang
populer. dan sebagainya. Sebaliknya, STMIK
/ STIE Gunadarma juga terdiri dari suatu rangkaian aktivitas dan tindakan
dimana manusia saling berhubungan atau
berinteraksi dalam
hal melaksanakan berbagai macam kegiatan. Ada
yang memberi kuliah,
ada yang mencatat,
ada yang merninjam buku, ada yang mengetik sural. dan sebagainya.
Orang dapat juga
mengadakan penelitian tentang STMIK / STIE Gunadarma tanpa
memperhatikan
hal-hal tersebut diatas. Ia hanya memperhatikan Gunadarma sebagai himpunan
benda fisik, yang
harus diinvetarisasi. ltulah sebabnya ia hanya melihat Gunadarma sebagai
suatu kompleks
gedung-gedung. ruang kuliah, ruang praktekum, deretan buku-buku,
sekumpulan
komputer. dan alat-alat lainnya saja.
1.7. ORIENTASI NILAI BUDAY A
Kebudayaan
sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam
karyanya Variations
in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan
di dunia, secara
universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusi, yaitu :
1. Hakekat hidup manusia ( MH )
Hakekat
hidup untuk setiap kebudayaan oerbeda secara ekstem; ada yang berusaha
untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola-pola kelakuan
tertentu menganggap
hidup sebagai suatu hal yang baik, "mengisi
hidup"
2. Hakekat karya manusia ( MK )
Setiap
kebudayaan hakekatnya berbeda-beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa
karya bertujuan untuk hidup. karya memberikan kedudukan atau
kehormatan, karya
merupakan
gerak hidup untuk menambah karya lagi.
3. Hakekat waktu manusia ( WM )
Hakekat
waktu untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang berpandangan mementingan
orientasi
masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang
akan
datang.
4. Hakekat alam manusia ( MA
)
Ada
kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau
memanfaatkan
alam semaksimal mungkin. ada pula kebudayaan yang beranggapan
manusia
hams hannonis dengan alam dan manusia hams menyerah kepada Alamo
5. Hakekat hubungan manusia ( MN )
Dalam
hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia. baik
secara
horizontal
(sesamanya) maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh). Ada
pula
yang
berpandangan individualistis ( menilai tinggi kekuatan sendiri ).
1.8. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Masyarakat
dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun
Masyarakat dan
kebudayaan primitive yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat
lainnya.
Tidak
ada kebudayaanyang statis,semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak.
Gerak kebudayaan
sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang
menjadi wadah
kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan
hubungan-hubungan dengan
manusia lainnya.Artinya,karena terjadi hubungan antar kelompok
manusia di dalam
masyarakat.
Terjadinya
gerak / perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab-sebab yang berasal
dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan
jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan
alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang
hidupnya terbuka. yang berada dalam jalur-jalur
hubungan dengan masyarakat
dan
kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat.
Perubahan
ini, selain karena jumlah pendudukdan komposisinya,juga karena adanya
difusi kebudayaan.
penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan
sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam Perubahan sosial terjadi
perubahan struktur
sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain. sistem politik dan
kekuasaan.
persebaran penduduk, sistem status. hubungan-hubungandi dalam keluarga.
Perubahan
sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat.yang mempengaruh system sosialnya termasuk
di dalamnya nilai-nilai,
sikap-sikap dan
pola-pola perilaku di antara kelompok-kelornpok
dalam masyarakat.
Sedangkan
perubahan kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila suatu kelompok
manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing
yang bebrbeda
sedemikian rupa. sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat
laun diterima dan
diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian
kebudayaan itu sendiri.
Perubahan
kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki
bersama oleh para
warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan.
antara lain
aturan-aturan. norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan.
juga teknologi,
selera, rasa keindahan (kesenian). dan bahasa.
Proses
akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa-masa
silam. Biasanya
suatu masyarakat
hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka
terjadi
hubungan-hubungan. mungkin dalam lapangan perdagangan. pemerintahan dan
sebagainya. Pada
saat itulah unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses
migrasi
besar-besaran. dahulu kala. mempermudah berlangsungnya
akulturasi tersebut.
Beberapa masalah
yang menyangkut proses tadi adalah :
A. Unsur-unsur
kebudayaan asing manakah yang mudah diterima.
B. Unsur-unsur kebudayaan
asing manakah yang sulit diterima.
C.
Individu-individu manakah yang cepat menerima unsur-unsur yang barn.
D.
Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut,
1. Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan
asing yang mudah diterima adalah :
a.
Unsur kebudayaan kebendaan seperti
peraiatan yang terutama sangat mudah dipakai
dan dirasakan sangat bermanfaat bagi
masyarakat yang menerimanya. Contohnya
alat tulis
menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia diambil dari
unsur-unsur kebudayaan Barat.
b. Unsur-unsur yang terbukti
membawa manfaat besar, misalnya radio. komputer,
telephone yang banyak membawa
kegunaan terutama sebagai alat komunikasi.
c.
Unsur-unsur yang dengan mudah
disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang
menerima unsur-unsur tersebut,
seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya
murah serta pengetahuan teknis yang
sederhana, dapat digunakan untuk
memperlengkapi pabrik -pabrik
penggilingan.
2. Unsur-unsur kebudayaan yang sulit
diterima oleh sesuatu masyarakat adalah misalnya :
a.
Unsur yang menyangkut sistem
kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan
lain-lain.
b. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama
proses sosialisasi. Contoh yang
paling mudah
adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan
pokok sebagian
besar masyarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan
pokok yang lainnya.
3. Pada umumnya generasi muda
dianggap scbagai individu-individu yang cepat menerima
unsur-unsur
kebudayaan asing yang masuk mclalui proses akulturasi.
Sebaliknya generasi
tua,
dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima
unsur barn. Hal itu
disebabkan
karena norma-norma yang tradisional sudah
mendarah daging dan menjiwai
sehingga
sukar sekali untuk mengubah norma-norma
yang sudah demikian meresapnya
dalam
jiwa generasi tua tersebut. Sebaliknya belum menetapnya
unsur-unsur atau
norma-norma
tradisional dalam jiwa gcnerasi muda, menyebabkan bahwa
mereka lebih
mudah
menerima unsur-unsur baru yang kemungkinan besar dapat mengubah kehidupan
mereka.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok
individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan masyarakat dianggap oleh
golongan tersebut sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat.
Apabila mereka merupakan golongan yang kuat, maka mungkin proses perubahan
dapat ditahannya. Sebaliknya bila mereka berada di pihak yang lemah, maka
mereka hanya dapat menunjukkan sikap yang tidak puas.
Berbagai
faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan
baru diantaranya :
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan
atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang
yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai-nilai
yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh
nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang
ada,
maka
penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh
berbagai
ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat
turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru. Misalnya
sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan
yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang barn itu memiliki
skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan
mudah
dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Proses
akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara
unsur-unsur
kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian
unsur-unsur
kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, akan
tetapi dianggap sebagai
unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima,
tentunya terlebih
dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya tidaklah asli lagi
sebagai
semula.Misalnya sistem pendidikan di Indonesia, untuk sebagian besar diambil
dati
unsur-unsur
kebudayaan barat. Akan tetapi sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa.
sehingga merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri.
1.9. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara
sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai
perilaku kebudayaan,
dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi
apakah sesederhana
itu hubungan keduanya ?
Dalam
sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan. dan
setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia
agar sesuai dengannya. Tampak
bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan. Contoh
sederhana yang
dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan
kemasyarakatan, Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia. setelah peraturan itu
jadi maka manusia
yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri
itu. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan, karena
kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa
yang tercakup dalarn
satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia
yang membuatnya.
Dari
sisi lain. hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara
dengan hubungan
antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis. maksudnya
saling terkait satu
sarna lain.
Proses dialektis ini
tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan
dirinya dengan membangun
dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat
menjadi kenyataan buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana
masyarakat menjadi realitas obyektif. yaitu suatu
kenyataan
yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat
dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku
manusia.
3. Intemalisasi. yaitu proses dimana masyarakat disergap
kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya
sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia
menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Apabila
manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia. dia
akan
menjadi terasing
atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja,
1991; hal : xv)
Manusia
dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat. oleh karena itu mempunyai
hubungan
keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak
dapat lagi
membedakan mana yang
lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa
terhadap
keberadaan keduanya
harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan
dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Manusia dan
kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan
hampir
semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia
mempunyai
empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai :
1. Penganut Kebudayaan
2. Pembawa Kebudayaan
3. Manipulator Kebudayaan
4. Pencipta Kebudayaan
Manusia yang kehilangan nilai–nilai kebudayaan akan
hidup dengan kebiasaan yang jauh dari cerminan kebudayaan bangsanya. Contoh
saja pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu
budaya bangsa). Sering kali masyarakat tidak menggunakan bahasa secara baik dan
benar, lalu cenderung menggunakan bahasa yang dianggap modern Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion.
Masyarakat seakan-akan diberikan pilihan antara
“Kualitas” atau “selera”. Hal ini dapat menjadikan kesenian atau budaya etnis
kita dipandang sebelah mata dan digusur oleh budaya barat dengan kesenian
popnya bercorak kebebasan. Pada kasus ini diperlukan pembentukan karakter yang
lebih ,endalam pada tiap pribadinya. Pemerintah juga harus berkontribusi dalam
hal ini, misalnya mengkaji norma mengenai pergeseran budaya. Masyarakat harus
berhati hati dalam meniru budaya budaya lain sehingga tidak berdampak buruk
pada jati diri bangsa. Media masa adalah contributor utama dalam globalisasi,
jadi media masa perlu mengkaji informasi yang kana disampaikan kepada
masyarakat. Dengan begini semua orang bisa berperan aktif dalam mempertahankan
budaya kita. Kita harus memperkuat dimensi budaya kita. Sehingga kita bisa
mempertahankan budaya kita.
Daftar Pustaka
·
Nugroho,
Widyo Acham Muchji (1996).Ilmu Budaya Dasar.Toto Bes.Universitas Gunadarma
·
http://sociologyimagination.blogspot.com/2011/06/manusia-dan-kebudayaan-analisa.html
Pernyataan
- Pernyataan:
Jadi
superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu
menghasilkan
kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terintemalisasi.
(Freud.
dalam Brennan. 1991; hal 205-206)
Soren
Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor
ajaran"eksistensialisme"memandang
manusia
dalam konteks kehidupan konkrit adalah mahluk alamiah yang terikat dengan
lingkungannya
(ekologi).
Dalam
konsep Jen, manusia yang selaras dan berkepribadian adalah manusia yang dapat
menjaga
keseimbangan hubungan antara diri kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya,
terutama
lingkungan sekitarnya yang paling dekat dan paling serius, kepada siapa ia
dapat
mencurahkan
rasa cinta, kemesraan dan baktinya.
Daerah
lingkaran no 4 dan 3 yang dibedakan dari yang lain dengan garis-garis arser
yang sedikit memasuki daerah lingkaran no 5 dan no 2 juga menggambarkan konsep
jen atau
alam
jiwa dari "manusia yang berjiwa selaras" itu. Kedua lingkaran itu
adalah daerah-daerah
dalam
individu yang ada dalam suatu keadaan psikologi yang oleh Hsu disebut
Psychological
homeostatis.
(judul karangannya)
Seorang
antropolog yaitu E.B.Tylor ( 1871 ) mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut
:
Kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan -
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo
Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat.
Sutan
Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari
cara
berpikir
Koentjaraningrat
mengatakan, bahwa kebudayaan antara lain berarti keseluruhan
gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta
keseluruhan
dari hasil budi pekertinya.
A.L
Krober dan C.Kluckhon mengatakan, bahwa kebudayaan adalah menifestasi
atau
penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-Iuasnya.
C.A.Van
Peursen mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai
manifestasi
kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang,
berlainan
dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam,
melainkan
selalu mengubah alam.
Kroeber
dan Klukhon mendefinisikan kebudayaan; kebudayaan terdiri atas
berbagai
pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh
dan
terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara
tersendiri
dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan
benda-benda
materi, pusat esensi kebudayaan terdiri at as tradisi dan eita-cita atau
paham,
dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Melville
J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan.
Dikatakannya
bahwa hanya ada empat unsur dalam kebudayaan, yaitu alar-alar teknologi,
sistem
ekonomi, keluarga, dan kekuatan politik.
Bronislaw
Malinowski
mengatakan
bahwa unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat
atau
lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.
Koentjaraningrat
juga mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu
bahasa,
kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi
sosial, dan sistem ilmu pengetahuan
(Koentjaraningrat,
1979: 203-204).
Ketujuh
unsur kebudayaan ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan
universal karena selalu ada pada setiap masyarakat.
Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut dapat diperinci lagi menjadi sub unsur
hingga beberapa kali menjadi lebih kecil.
Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut sudah pasti menjelma dalam tiga wujud
kebudayaan.
Sebagai
contoh Koentjaraningrat menjelaskan bahwa sistem religi dapat dibagi menjadi
tiga wujud kebudayaan.
Dalam
wujud kebudayaan yang pertama atau ide atau gagasan, sistem religi memiliki
gagasan tentang Tuhan, dewa-dewi,
roh-roh
halus, surga dan neraka, rengkarnasi, dan sebagainya. Lalu sebagai wujud
kebudayaan yang kedua atau sistem sosial,
sistem
religi juga mempunyai pola-pola aktifitas atau tindakan seperti upacara atau
ritual baik yang diadakan musiman atau setiap hari.
Kemudian
sistem religi juga mempunyai benda-benda yang dianggap suci, sakral, atau
religius
sebagai bentuk wujud kebudayaan ketiga yaitu kebudayaan fisik atau artefak.