Kehidupan Malam Anak Gaul
Senayan
Sejarah Tongkrongan Anak Pejabat di
Senayan
Suasana jalan Asia Afrika pada siang hari. (foto: detikcom)
Jakarta - Label sebagai tempat tongkrongan anak-anak muda
berduit sudah melekat pada kawasan Patung Panahan di jalan Asia-Afrika, Jakarta
Pusat sejak tahun 1980-an. Saat itu salah satu putra dari mantan Presiden
Soeharto yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas, sering memanfaatkan
jalan tersebut untuk balapan mobil.
Usai balapan, putra mantan Presiden Soeharto itu sering nongkrong di Patung Panahan bersama rekan-rekannya yang merupakan anak-anak pejabat dan orang kaya di negeri ini. “Sampai sekarang di sini (Patung Panahan) jadi tongkrongannya anak–anak pejabat dan orang kaya,” kata Ibu Meksi, 41 tahun kepada detikcom di Senayan, Selasa dini hari (24/9) kemarin.
Ibu Meksi mengaku sudah menjadi pedagang kali lima di kawasan Patung Panahan sejak tahun 1990-an. Warga Kemandoran XIII, Jakarta Barat itu mengatakan awalnya aksi balapan dan kebut-kebutan hanya dilakukan pada Minggu dini hari. Namun kemudian berkembang menjadi sepekan dua kali, yakni pada Sabtu dan Minggu dini hari.
Usai balapan, putra mantan Presiden Soeharto itu sering nongkrong di Patung Panahan bersama rekan-rekannya yang merupakan anak-anak pejabat dan orang kaya di negeri ini. “Sampai sekarang di sini (Patung Panahan) jadi tongkrongannya anak–anak pejabat dan orang kaya,” kata Ibu Meksi, 41 tahun kepada detikcom di Senayan, Selasa dini hari (24/9) kemarin.
Ibu Meksi mengaku sudah menjadi pedagang kali lima di kawasan Patung Panahan sejak tahun 1990-an. Warga Kemandoran XIII, Jakarta Barat itu mengatakan awalnya aksi balapan dan kebut-kebutan hanya dilakukan pada Minggu dini hari. Namun kemudian berkembang menjadi sepekan dua kali, yakni pada Sabtu dan Minggu dini hari.
Adam, 34
tahun, pedagang lainnya mengatakan selain Patung Panahan, tempat tongkrongan
lainnya adalah Parkir Timur Senayan. Kemudian mulai awal tahun 2000-an
tongkrongan anak-anak orang kaya juga muncul di Taman Ria Senayan, tak jauh
dari jalan Asia Afrika.
Jumlah anak muda yang nongkrong di jalan Asia Afrika dan Taman Ria Senayan makin banyak setelah Parkir Timur Gelora Bung Karno ditutup. “Di sini (jalan Asia Afrika) itu pindahannya anak–anak nongkrong di Taman Ria. Dan makin ramai sejak tidak boleh lagi nongkrong di Parkir Timur, pindahnya ke sini juga,” kata Adam yang warga Slipi, Jakarta Barat itu kepada detikcom.
Menurut ayah dari dua anak ini, aksi balap liar mobil masih sering terjadi di sepanjang jalan Asia Afrika. Setidaknya tiga kali dalam sepekan, yakni Jumat, Sabtu dan Minggu dini hari ada balap liar di tempat tersebut. “Mulainya jam setengah dua sampai jam 4 pagi. Malam lainnya, kadang ada, tapi jarang,” kata Adam.
Jumlah anak muda yang nongkrong di jalan Asia Afrika dan Taman Ria Senayan makin banyak setelah Parkir Timur Gelora Bung Karno ditutup. “Di sini (jalan Asia Afrika) itu pindahannya anak–anak nongkrong di Taman Ria. Dan makin ramai sejak tidak boleh lagi nongkrong di Parkir Timur, pindahnya ke sini juga,” kata Adam yang warga Slipi, Jakarta Barat itu kepada detikcom.
Menurut ayah dari dua anak ini, aksi balap liar mobil masih sering terjadi di sepanjang jalan Asia Afrika. Setidaknya tiga kali dalam sepekan, yakni Jumat, Sabtu dan Minggu dini hari ada balap liar di tempat tersebut. “Mulainya jam setengah dua sampai jam 4 pagi. Malam lainnya, kadang ada, tapi jarang,” kata Adam.
Keterangan senada disampaikan Dhika, 24 tahun warga Kelurahan Gelora,
Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menurut dia sejak Taman Ria dibongkar
pada sekitar tahun 2002, tongkrongan anak-anak muda berpindah, salah satunya ke
Patung Panahan.
Menyusul kemudian tahun 2006 saat Parkir Timur kawasan Gelora Bung Karno juga tak boleh untuk nongkrong pada malam hari. ‘Penghuni malam’ Parkir Timur berpencar ke berbagai tempat seperti Taman di dekat lapangan golf yang terletak di Plaza Selatan Gelora Bung Karno, Jalan Asia Afrika, dan Patung Panahan Plaza Barat.
“Dulu terkenalnya nongkrong di Asia Afrika, sekarang terkenal jadi namanya Patung Panahan (Plaza Barat),” kata Dhika kepada detikcom di Patung Panahan, Senayan Selasa dini hari (24/9).
Menurut Dhika awal tahun 2000-an, kawasan tongkrongan kaum kaya tersebut dikuasai oleh anak pendiri dan ketua salah satu organisasi kepemudaan di Indonesia. Hampir tiap malam mereka nongkrong di tempat tersebut, dan tak jarang terjadi keributan dan perkelahian.
“Kalau ribut begitu mereka kayak diem aja, gak banyak ngomong tapi tiba–tiba ke luar aja pistol. Waktu itu saya masih SMP lah,” kata Dhika.
Menyusul kemudian tahun 2006 saat Parkir Timur kawasan Gelora Bung Karno juga tak boleh untuk nongkrong pada malam hari. ‘Penghuni malam’ Parkir Timur berpencar ke berbagai tempat seperti Taman di dekat lapangan golf yang terletak di Plaza Selatan Gelora Bung Karno, Jalan Asia Afrika, dan Patung Panahan Plaza Barat.
“Dulu terkenalnya nongkrong di Asia Afrika, sekarang terkenal jadi namanya Patung Panahan (Plaza Barat),” kata Dhika kepada detikcom di Patung Panahan, Senayan Selasa dini hari (24/9).
Menurut Dhika awal tahun 2000-an, kawasan tongkrongan kaum kaya tersebut dikuasai oleh anak pendiri dan ketua salah satu organisasi kepemudaan di Indonesia. Hampir tiap malam mereka nongkrong di tempat tersebut, dan tak jarang terjadi keributan dan perkelahian.
“Kalau ribut begitu mereka kayak diem aja, gak banyak ngomong tapi tiba–tiba ke luar aja pistol. Waktu itu saya masih SMP lah,” kata Dhika.
Sumber :
Detik.Com
Akar Masalah : karena kebut-kebutan
di jalan raya dan anak-anak orang kaya yang nongkrong di jalan Asia-Afrika
Jakartakarena sering adanya nongkrong malam dapat mengakibatkan keributan dan
perkelahian..
Penyelesaian : : Lebih baik mengisi
jam malam dengan belajar kelompok atau berbagi pengalaman cerita dengan
teman-teman dari pada nongkrong dan kebut-kebutan yang tidak jelas,malah nanti
mereka sendiri yang rugi
Kesimpulan : Dengan mengisi hal-hal
yang positif dari pada hal yang negatif.
Karena hal negative dapat merugikan orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar